Surabaya (ANTARA News) - Mahasiswi Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya, Jessyca Aprilia Limanto (22), merancang interior "Pusat Informasi Wayang Kulit di Surabaya" dalam tugas akhir (TA) strata 1.

"Awalnya, saya memang tertarik dengan budaya, tapi saya akhirnya menelusuri wayang secara literatur, karena ada wayang China, Malaysia, dan Indonesia, ternyata wayang itu memang asli Indonesia," katanya di Surabaya, Rabu.

Menjelang wisuda dirinya bersama 920 wisudawan UKP yang akan dilepas Rektor UKP Prof Dr.Eng Ir Rolly Intan MASc pada 5-6 Agustus 2011, ia menjelaskan hasil penelusuran mendorongnya untuk menyelamatkan wayang.

"Kalau batik saja bisa kita selamatkan, saya kira wayang juga bisa, apalagi wayang lebih mendarah daging dalam masyarakat kita, cuma wayang memang ada masalah kemasan, bahasa tutur, dan pola pementasan," katanya.

Oleh karena itu, alumnus SMAK St. Louis 1 Sidoarjo itu pun merancang tugas akhir yang berjudul "Perancangan Interior Pusat Informasi Wayang Kulit di Surabaya" dengan konsep seluas 1.100 meterpersegi, tapi konsep itu bisa disesuaikan dengan kondisi lahan.

"Saya merancang interior dengan mengangkat konsep romantisme wayang yang cukup menarik tanpa menghilangkan filosofi wayang yang bisa membosankan bila konsepnya terlalu etnik," katanya.

Mahasiswi Desain Interior UKP dengan IPK 3,60 itu merancang interior yang menekankan aspek informatif, edukatif, dan rekreatif dengan penyediaan ruang lobi, galeri seni, ruang serbaguna, perpustakaan, kafe, dan toko cenderamata (souvenir).

Dalam konsepnya, mahasiswi kelahiran Surabaya pada 7 April 1989 itu mengawali dengan pintu masuk yang mengambil inspirasi dari konsep "gunungan" dalam wayang, namun dirancang terbuka.

"Terbuka itu berarti siap menerima pengunjung, lalu pengunjung akan diajak berbelok ke kanan untuk melewati diorama kisah para dewi, kisah para dewa, dan kisah kerajaan lokapala (anak dewa)," katanya.

Dalam diorama itu, cerita pewayangan yang ditampilkan juga hanya cerita yang paling banyak dimainkan para dalang, di antaranya lakon terciptanya alam semesta dalam kisah para dewa atau lakon cikal bakal Ramayana (Rama, Sinta, Anoman) dalam kisah kerajaan lokapala.

"Setelah galeri, pengunjung dapat berhenti sejenak dalam teater yang isinya tentang wayang yang bercerita tentang dirinya, misalnya pemain wayang Anoman akan menceritakan siapa dirinya dan kisah-kisahnya," katanya.

Dari ruang teater dengan konsep tridihologram itu, katanya, pengunjung dapat melanjutkan ke galeri seni kisah Mahabarata (lahirnya Pendawa dan Kurawa) dan Baratayudha yang di sela-sela galeri itu ada "Punokawan" (cerita khas Indonesia tentang Petruk, Gareng, Semar, dan Bagong).

"Setelah itu, pengunjung bisa ke perpustakaan wayang atau langsung ke sisi kiri dari pusat informasi wayang itu yang bersifat rekreatif yakni kafe, toko cenderamata, toilet, ruang workshop, panggung pentas wayang, dan lobi," katanya.

Di ruang workshop, pengunjung dapat menyaksikan langsung seniman yang mengukir wayang, mengecat wayang, dan sebagainya. "Ruang workshop, lobi, perpustakaan, dan panggung pentas wayang dapat diperkecil sesuai kondisi lahan yang tersedia," katanya.

Mahasiswi yang bercita-cita jadi desainer itu menambahkan Pusat informasi Wayang yang bukan berkonsep museum itu diharapkan dapat memperkenalkan dan membangkitkan kembali minat masyarakat terhadap kesenian wayang kulit.

Dalam wisuda itu, wisudawan dari program S-1 yang meraih predikat cumlaude dengan IPK tertinggi 3,93 adalah Tiong Bing, mahasiswa Jurusan Arsitektur dengan TA yang berjudul "Grha Rekreasi Edukatif Sains Anak di Surabaya."(*)

(T.E011/E001)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011