Perserikatan Bangsa Bangsa (ANTARA News) - Para duta besar Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa Bangsa Rabu menyepakati teks yang "mengecam" penindasan berdarah pemerintah Suriah terhadap para pemrotes, kata para diplomat.

Kecaman terhadap serangan mematikan Presiden Bashar al-Assad terhadap kaum oposisi akan diadopsi sebagai sebuah pernyataan oleh 15 anggota Dewan Rabu nanti.

Ini akan menjadi keputusan pertama Dewan menyangkut Suriah sejak mulainya protes pada 15 Maret. Upaya sebelumnya oleh Inggris, Prancis, Jerman dan Portugal untuk mengeluarkan resolusi ditahan oleh Rusia, China dan negara-negara lain. Namun kekerasan yang memburuk menuntun pada keputusan internasional besar badan tertinggi PBB untuk menyatakan pendiriannya.

Teks, yang telah dikirimkan kembali kepada pemerintahan nasional untuk persetujuan akhir, akan "mengecam kekerasan yang meluas terhadap hak asasi manusia serta penggunaan kekerasan terhadap penduduk sipil oleh otoritas Suriah," menurut sebuah salinan yang diterima AFP.

Dewan menyerukan "penghentian segera terhadap semua kekerasan."

Teks tersebut menghilangkan penyebutan investigasi Dewan Hak Asasi Manusia PBB terhadap pengawasan keras pemerintah dimana lebih dari 1.600 orang diyakini tewas.

Namun teks itu menyerukan "kepada otoritas Suriah agar menghormati sepenuhnya hak asasi manusia serta tunduk pada kuajiban mereka menurut hukum internasional yang berlaku." Teks tersebut memperingatkan bahwa "mereka yang bertanggungjawab atas kekerasan harus mempertanggungjawabkannya."

Dewan juga menyoroti janji-janji reformasi Assad. Anggota Dewan menyesalkan "kurangnya kemajuan dalam implementasinya, dan meminta pemerintah Suriah agar mengimplementasikan komitmennya."

Menyusul perubahan-perubahan baru, Rusia mencabut penolakannya. Utusan Rusia di PBB, Vitaly Churkin, menyebut versi barunya "berimbang."

Sebelum kekerasan meningkat pada akhir pekan, Rusia, China dan sekelompok negara memblokir tindakan Dewan, mengatakan itu dapat mengarah pada intervensi militer gaya-Libya oleh Barat.

Namun para pendukung pesan keras terhadap Assad yang datang dari Eropa dan AS menandaskan bahwa tidak pernah ada rencana militer terhadap Suriah, meski banyak yang mengatakan mereka kini tidak melihat masa depan Assad sebagai pemimpin.

Laporan tentang tank-tank pemerintah mengelompok di sekitar kota protes Hama telah memperkuat tekanan bagi sebuah kesepakatan.

Format Dewan Keamanan juga telah menyebabkan masalah besar bagi negara-negara besar.

Rusia, China dan yang lain tidak menginginkan resolusi formal. Pernyataan presidensial Dewan Keamanan masih cukup berbobot, namun biasanya dikeluarkan dengan suara bulat. Dalam hal ini pernyataan tersebut menyebabkan masalah bagi anggota Arab Lebanon karena hubungan sensitifnya dengan negara tetangga Suriah.

Para diplomat sedang mencari jalan agar Lebanon dapat memisahkan diri dari pernyataan itu.

Kekuatan Eropa menyambut baik draf pernyataan itu dengan menyebutkan bahwa pernyataan itu  mempertahankan elemen-elemen "keras" yang mereka tekankan.

Selama negosiasi, Rusia dan yang lain mendesak bahwa kekerasan oleh para demonstran terhadap pasukan keamanan Suriah harus dikecam sama seperti yang dilakukan oleh pemerintah. "Hal tersebut tidak layak," kata seorang diplomat Eropa, yang berbicara dengan syarat anonim.

"Kami telah menyatakan dengan jelas posisi kami, kami punya semacam 'garis merah' yang jelas,'" kata duta besar PBB dari Inggris Mark Lyall Grant.

Pertemuan Dewan Keamanan guna mengadopsi pernyataan tersebut akan dimulai pukul 1900 GMT. (ANT/K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011