Jakarta (ANTARA News) - Rektor Universitas Paramadina Anies R Baswedan, menilai saat ini bangsa Indonesia tengah mengalami krisis kepemimpinan nasional, dimana pemimpin memiliki ketegasan, berani dan diinginkan rakyat.

"Kita punya tokoh politik yang banyak, namun tidak semua diinginkan rakyat. Kita butuh pemimpin yang memiliki ketegasan seperti yang diinginkan rakyat," kata Anies dalam diskusi "Revitalisasi Kepemimpinan Nasional" di Universitas Katolik Atma Jaya, Jakarta, Jumat.

Menurut dia, pemimpin nasional saat ini sering absen dalam peristiwa-peristiwa yang sebenarnya penting untuk bersama rakyatnya, seperti halnya kasus kekerasan yang terjadi belakangan ini.

"Pemimpin negeri ini tidak pernah hadir dalam persoalan-persoalan yang dialami rakyat. Ini bisa dikatakan krisis kepemimpinan," tuturnya.

Ia menilai pemimpin negeri ini cenderung melakukan pembiaran dan tidak langsung bertindak untuk memberikan arahan kepada rakyatnya.

"Pemimpin di Indonesia absen di dalam persoalan-persoalan besar. Harusnya pemimpin hadir untuk mewakili janji kemerdekaan kita. Negara absen terhadap perlindungan rakyatnya dan saya melihat keengganan mengambil keputusan secara cepat dan tepat," jelasnya.

Tak hanya itu, komunikasi di antara para pemimpin bangsa juga tak terjalin, bahkan pemimpin cenderung melakukan sesuatu melalui media dan mengumbarkan cerita di media.

Ia mencontohkan Presiden Amerika Serikat Obama, yang merupakan teladan pemimpin yang benar-benar hadir untuk rakyatnya.

"Dalam satu hari, Obama bisa berkali-kali melakukan komunikasi dengan para bawahannya melalui telepon untuk menanyakan situasi dan kondisi masyarakat. Di Indonesia, hanya sosok mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur) yang benar-benar hadir untuk rakyat dan bertindak cepat," kata Anies.

Presiden, kata dia, seharusnya hadir secara nyata dan dirasakan kepemimpinannya. Bukan berkomunikasi lewat televisi dan menyatakan prihatin karena akan jadi beda kesannya.

"Kita ingin pemimpin hadir. Tidak hanya hadir dalam upacara," ucapnya.

Ia menambahkan, ketidaktegasan pemimpin dalam memimpin akan berdampak terhadap bawahannya, dimana bawahannya tersebut juga tidak ada tegas, sehingga membuat bawahannya pun bimbang.

Pengamat politik dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), J Kristiadi, mengatakan, sumber dari pemimpin ini berasal dari partai politik, sehingga parpol memiliki kewajiban mendidik kader atau orang untuk menjadi seorang pemimpin yang didambakan rakyat.

Ia mengatakan, dirinya pun tidak menjamin setelah pelaksanaan pemilihan presiden 2014 nanti, bangsa Indonesia memiliki pemimpin yang ideal.

"Seorang pemimpin harus terjun ke masyarakat dan berbicara secara langsung," kata Kristiadi. (S037/R010/K004)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011