Gringsing berasal dari kata gering (bahasa Jawa) yang berarti kurus. Harapannya, pemakai batik gringsing tidak akan gering lagi..."
Surabaya (ANTARA News) - Komunitas Batik Jawa Timur di Surabaya menemukan 14 batik Jatim berfilosofi yang dilestarikan turun temurun dari generasi ke generasi.

"14 Batik Jatim Berfilosofi itu kami temukan dengan mengacu pada artefak yang masih ada, wawancara perajin yang melestarikannya, dan cara berpikir masyarakat, karena ada masyarakat kita yang sangat vulgar," kata Ketua Kibas Lintu Tulistyantoro di Surabaya, Sabtu.

Menurut dosen Universitas Kristen Petra (UKP) Surabaya itu, komunitas yang dipimpinnya itu akan segera menerbitkan buku tentang Batik Jatim Berfilosofi pada akhir tahun 2011.

Batik Berfilosofi antara lain Rawan (Tulungagung), Wahyu (Tulungagung dan Tuban), Gringsing (Tuban dan Tulungagung), Sidomukti (Tulungagung), dan Satrio Manah (Mojokerto, Tuban, dan Tulungagung).

Selain itu, Mahkota (Sidoarjo), Pring Sedapur (Sidoarjo), Kembang Malathe (Madura), Kangkung Setingkes (Banyuwangi), Per Keper (Pamekasan), Tong Centong (Pamekasan), Sabet Rante (Pamekasan), Tasek Melaya (Tanjungbumi, Bangkalan), Jung Drajat (Madura).

"Gringsing berasal dari kata gering (bahasa Jawa) yang berarti kurus. Harapannya, pemakai batik gringsing tidak akan gering lagi atau dalam istilah Jawa disebut sedulur papat lima panjer (empat arah dengan lima sebagai pusat). Simbolnya lingkaran atau bulatan dengan titik di tengahnya," katanya.

Ia menjelaskan batik dengan tema gringsing memiliki filosofi yakni keseimbangan."Kalau pria bertemu wanita, kalau negatif bertemu positif, maka akan terjadi keseimbangan. Keseimbangan itu kemakmuran, kesuburan," katanya.

Untuk tema pernikahan, katanya, mulai dari batik untuk lamaran hingga pasca-pernikahan. "Antara lain batik mahkota dari Sidoarjo yang menandai bahwa pemakainya yang mau menikah merupakan orang yang terpandang," katanya.
(E011)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011