Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah terus memantau sekaligus menyiapkan langkah antisipasi terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang diperkirakan menurun pada 2012.

"Pertumbuhan ekonomi dunia dikoreksi beberapa kali. Pertumbuhan Eropa, AS, dan Asia, kalau kita tidak kerjakan pekerjaan rumah kita, kita bisa alami koreksi," ujar Menteri Koordinator (Menko) bidang Perekonomian, Hatta Rajasa, di Jakarta, Jumat.

Hatta mengatakan, salah satu antisipasi yang dimaksud adalah menjaga iklim investasi, memperluas pasar domestik, serta menjaga daya beli barang masyarakat dengan komitmen kuat dan prinsip kehati-hatian.

"Kita harus antisipasi terutama karena kita sekarang kan oke, bagaimanapun juga orang datang ke sini, investasi meningkat. PR besar bagaimana memperluas pasar domestik, menjaga pasar, menjaga daya beli. Ini harus dikerjakan," ujarnya.

Langkah antisipasi lain, lanjut Hatta, adalah meningkatkan alokasi anggaran cadangan risiko fiskal yang saat ini dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Perubahan 2011 ditetapkan senilai Rp4,7 triliun dan Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (RAPBN) 2012 senilai Rp15,8 triliun.

Dalam rapat kerja dengan Badan Anggaran, pemerintah bahkan mengusulkan menambah cadangan risiko fiskal dalam RAPBN 2012 sebesar Rp1,6 triliun yang berasal dari optimalisasi anggaran.

"Cadangan risiko fiskal kita cukup besar, sudah Rp15 triliun. Dana optimalisasi masih dibicarakan. Tapi, menurut saya, prioritaskan yang betul sangat penting, misalkan untuk pangan, irigasi sampai cetak sawah baru," ujarnya.

Ia menjelaskan, perkembangan terbaru atas proyeksi pertumbuhan ekonomi negara Asia yang dikoreksi oleh Dana Moneter Internasional (IMF) tidak menggambarkan kondisi sesungguhnya karena hanya berdasarkan asumsi atas kekhawatiran terhadap pertumbuhan ekonomi dunia yang terus dikoreksi beberapa kali.

Namun, Hatta masih optimistis bahwa pertumbuhan ekonomi pada 2011 masih bisa mencapai 6,5 persen dan apabila tidak terjadi guncangan kuat, pertumbuhan ekonomi 2012 diharapkan mencapai 6,7 persen.

"Tahun ini kita akan tumbuh 6,5 persen dan tahun depan kalau tidak ada `shock` bisa 6,7 persen," katanya.

Laporan IMF menyebutkan bahwa wilayah Asia menghadapi risiko akibat krisis utang di zona euro dan perlambatan ekonomi yang terjadi di Amerika Serikat (AS).

IMF memperkirakan pertumbuhan ekonomi Asia pada 2011 sebesar 6,3 persen dan 6,7 persen pada 2012, di bawah perkiraan sebelumnya masing-masing sebesar 6,8 persen dan 6,9 persen.

Koreksi atas proyeksi tersebut menunjukkan bahwa eskalasi krisis di zona euro memiliki limpahan makroekonomi dan keuangan yang jelas di Asia yang saat ini belum dipisahkan dari negara maju.

Menurut IMF, Asia dituntut mengembangkan ekonomi yang lebih kuat dengan ditopang oleh pertumbuhan domestik.
(T.S034/N002)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011