Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Perdagangan menginginkan penyelenggaraan acara Trade Expo Indonesia (TEI) 2011 dapat membuka akses kepada sejumlah negara pasar nontradisional yang berada di berbagai penjuru dunia.

"Promosi (TEI 2011) ini merupakan upaya kami untuk menerobos pasar-pasar di luar negeri, terutama target kita adalah pasar nontradisional yang aksesnya masih terbuka bagi produk Indonesia namun perlu dioptimalkan lagi," kata Dirjen Pengembangan Ekspor Nasional Kementerian Perdagangan, Hesti Indah Kresnarini, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Minggu.

Menurut Hesti, TEI tidak hanya menargetkan transaksi langsung tetapi juga pentingnya kerja sama yang terjalin antara pelaku usaha di Indonesia dengan pembeli luar negeri pascapameran.

Ia memaparkan, sebagian besar pembeli selama TEI 2011 yang digelar 19 - 23 Oktober berasal dari pasar nontradisional sebesar 84,4 persen dan pasar tradisional hanya sebesar 15,6 persen.

Dari angka itu, pembeli dari Nigeria merupakan pembeli terbesar yaitu dengan membukukan transaksi 38,61 juta dolar AS atau sebesar 11 persen dari total transaksi sebesar 351 juta dolar AS selama tiga hari pameran saja.

Pada hari penutupan atau Ahad (23/10) ini diperkirakan transaksi telah melampaui target yang ditetapkan yaitu sebesar 380 juta dolar AS.

Hesti menuturkan, produk yang diminati pembeli asal Nigeria yaitu produk furnitur, perhiasan, kerajinan tangan, kosmetik, kopi, dan produk kayu.

"Tingginya minat pembeli Nigeria menunjukkan bahwa target Kementerian Perdagangan untuk melakukan diversifikasi negara tujuan penjualan produk Indonesia ke negara nontradisional berhasil," katanya.

Selain Nigeria, negara lain yang meminati produk yang dipamerkan dalam TEI adalah Malaysia (9 persen), Inggris (7,3 persen), Belgia (5,6 persen), Uni Emirat Arab (5,4 persen), Turki (4,6 persen), Jepang (4,4 persen), Ethiopia (3,9 persen), dan Kuwait (2,8 persen).

TEI 2011 juga menunjukkan terjadinya peminatan atas sektor jasa potensial yang diminati oleh 16 negara antara lain Australia, Malaysia, Brunei Darussalam, Uni Emirat Arab, dan Kuwait.

Beragam negara itu meminta Indonesia menyiapkan tenaga kerja formal untuk bekerja di bidang "hospitality" (pelayanan keramah-tamahan), pertanian, serta minyak dan gas bumi.

(T.M040/B013)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011