Pangkalpinang (ANTARA News) - "Perayaan Idul Adha 1432 Hijriyah merupakan momentum membangun kembali karakter bangsa yang mulai memudar," kata Ustadz Prof Dr H Masrukhi pada khutbah shalat Idul Adha di Lapang Merdeka Kota Pangkalpinang.

"Momentum Idul Adha sangat tepat untuk merenungkan kembali pembangunan karakter bangsa, yang tidak lepas dari keteladanan yang diberikan Nabi Ibrahim AS, yang memiliki nilai-nilai luhur yang hakiki," ujarnya di Pangkalpinang, Ahad.

Ia menjelaskan, sosok Nabi Ibrahim AS adalah manusia yang menunjukan keikhlasan dan ketaatan yang tulus dalam menerima perintah Allah SWT. Kesabaran dikedepankan, manakala perintah Allah itu dirasakannya bertentangan dengan fikiran dan keinginannya.

Kesalehan Nabi Ibrahim ini ternyata juga diimbangi dengan kesalehan keluarganya, isteri dan anaknya Ismail AS, ketika perintah berat dari Allah kepada Ibrahim untuk menyembelih Ismail yang sedang menginjak remaja.

"Bagaimana pendapatmu wahai anak ku?" tanya Ibrahim kepada Ismail dan Ismail pun dengan tegar menjawab, "Lakukan apa yang diperintahkan Allah, ayah ku. Insya-Allah engkau akan mendapatkan aku sebagai orang yang sabar," kata Ismail.

Menurut dia, karakter lebih dekat pada perspektif psikologis yang berkaitan dengan aspek kepribadian, akhlak atau budi pekerti, watak yang membedakan seseorang dengan orang lainnya.

Ia menjelaskan, ketika bangsa yang besar ini yang bertatanan kehidupan sebagai Pancasilais dan agamais mengalami keterpurukan pada berbagai bidang kehidupan karena realita yang diciptakan masyarakat.

"Saat ini, seakan bangsa ini sedang menggali lubang kuburnya sendiri, untuk secara cepat atau lambat akan terperosok ke dalamnya," ujarnya.

Ia mengatakan, seakan bangsa ini telah meninggalkan nilai-nilai luhur yang telah dicanangkan `the fonding fathers` republik ini, seperti prilaku-prilaku santun, toleransi, solidaritas, kepedulian sosial, gotong royong sebagai atribut `good citizenship`, tergantikan oleh budaya kekerasan.

"Saat ini, yang tampak ke permukaan adalah kecurigaan, egoisme, anarkisme dan lainnya, sehingga masyarakat mudah sekali terprovokasi untuk berbuat brutal dan anarkis yang pada akhirnya merugikan masyarakat itu sendiri secara luas," ujarnya.

Menurut dia, runtuhnya karakter bangsa ini, bahkan telah diketahui secara luas dunia internasional.

"Saat ini, dunia internasional mulai memandang rendah bangsa ini, diukur dari tingkat transparansi penyelenggaraan negara, sistem peradilan dan penghormatan terhadap hak properti intelektual," ujarnya.
(ANT-040/Z002)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011