Dasmaskus (ANTARA News) - Puluhan ribu pengunjuk rasa berpawai dekat Damaskus Kamis ketika pasukan keamanan Suriah menewaskan paling sedikit 25 warga sipil seantero negeri saat para pemantau perdamaian bergerak menuju wilayah-wilayah yang dilanda kekerasan tiada henti.

Sekitar 30.000 orang berkumpul di lapangan di luar Masjid Agung di Douma di utara dekat ibukota, memicu pasukan keamanan menarik diri dari posisi yang sebelumnya dikuasai, kata Obervatory Hak Asasi Manusia Suriah, lapor AFP.

Sebelumnya, ketika para pengamat Liga Arab tiba di balai kota Douma, pasukan keamanan menembaki para pemrotes di luar masjid, menewaskan sedikitnya empat orang dan melukai beberapa lainnya, kata kelompok hak asasi manusia itu.

Para pemantau, pada hari ketiga misi mereka yang dimaksudkan untuk menghentikan pertumpahan darah di Suriah, juga mengunjungi pusat kota Hama, Idlib di barat laut, dan Daraa di selatan, menurut televisi Suriah.

Kantor berita resmi SANA, mengatakan para pemantau mengunjungi pemukiman Baba Amro di Homs, kota Harasta, provinsi Daraa dan Hama "dan bertemu dengan sejumlah warga."

Daraa adalah tempat kelahiran gerakan protes sembilan bulan yang belum pernah ada melawan rezim Presiden Bashar al-Assad, yang telah memerintah Suriah dengan tangan besi selama 11 tahun.

Menurut perkiraan PBB yang diumumkan awal Desember, lebih dari 5.000 orang mati dalam penumpasan pemerintah Suriah terhadap perselisihan paham sejak pertengahan Maret.

Para aktivis mengatakan lebih dari 70 orang sipil telah dibunuh oleh pasukan keamanan sejak kelompok pertama pemantau tiba Senin di Suriah dalam misi sebulan yang dapat diperbarui untuk mengimplementasikan rencana perdamaian Liga Arab.

Observatory yang berbasis di Inggris itu Kamis melaporkan bahwa pasukan keamanan menembak mati enam orang di provinsi Damaskus, enam di pusat kota Hama, lima di provinsi Idlib dan empat lagi di Homs.

"Pasukan keamanan menyerbu rumah sakit swasta di Hama dan menangkap pasien yang terluka," katanya.

"Protes besar" juga terjadi di pemukiman Hamidiyeh Hama dan Bab Qubli, tambah kelompok Observatory itu.

Diberanikan oleh kehadiran para pengamat itu, para aktivis Facebook mendesak musuh-musuh rezim untuk turun ke jalan-jalan di seluruh Suriah Jumat, kini hari tradisional protes.

"Pada hari Jumat kita akan berpawai menuju lapangan-lapangan kebebasan, bertelanjang dada," kata mereka.

"Kita akan berpawai seperti yang kita lakukan di Homs dan Hama dimana kita membawa ranting daun zaitun hanya untuk dihadang geng-geng Bashar yang menembaki kita dengan tembakan artileri dan senapan mesin," kata para aktivis Revolusi 2011 Suriah.

Kepala Observatory, Rami Abdel Rahman, mengatakan para pemrotes butuh agar suara mereka didengar para pemantau.

"Inisiatif Liga Arab adalah satu-satunya berkas cahaya yang kita lihat sekarang," kata Abdel Rahman kepada AFP.

"Kehadiran para pengamat di Homs menghancurkan beting ketakutan."

Kamis, ketika sekelompok pengamat memasuki Homs dalam bagian pertama misi mereka, sebanyak 70.000 orang membanjiri jalan-jalan dan dihadapi tembakan senjata api dan gas airmata, memaksa para pengamat mempersingkat kunjungan mereka, kata para aktivis.

Prancis, Amerika Serikat dan Human Rights Watch telah memperingatkan rezim Suriah terhadap upaya menyembunyikan fakta dari para pemantau, dan Paris menuduh bahwa tim tidak diizinkan melihat apa yang sedang terjadi di Homs.

Kekhawatiran itu disoroti ketika penduduk Baba Amro Rabu menolak untuk memberi izin masuk para pemantau karena mereka didampingi oleh seorang perwira angkatan darat Suriah. Pertentangan itu berakhir ketika perwira itu menarik diri.

Jenderal Mohammed Ahmed Mustafa al-Dabi, seorang veteran perwira intelijen militer Sudan yang memimpin misi pemantau itu, mengatakan kepada AFP kunjungan ke Homs berjalan "baik" dan bahwa penguasa Suriah bekerjasama sejauh ini.

Pernyataannya itu dikabarkan memicu ketidaksenangan diantara barisan oposisi, namun Abdul Rahman mengatakan telalu dini untuk mengeluarkan penilaian apapun.

Bagi sejumlah orang, Dabi adalah seorang figur kontroversial karena dia bekerja di bawah Presiden Sudan Omar al-Bashir yang diburu oleh Pengadilan Kriminal Internasional karena kejahatan yang diduga dilakukan di wilayah Darfur.

Misi Liga merupakan bagian dari rencana Arab yang disetujui Suriah sesudah macet berminggu-minggu, yang menyerukan penarikan angkatan bersenjata dari kota-kota dan wilayah-wilayah pemukiman, penghentian kekerasan dan pembebasan para tahanan.

Kantor berita Mesir MENA melaporkan ketua oposisi Dewan Nasional Suriah Burhan Ghaliun menemui Sekretaris Liga Arab Jenderal Nabil al-Arabi di Kairo menjelang konferensi tentang Suriah yang akan diselenggarakan oleh Liga bulan depan. (K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011