Surabaya (ANTARA News) - Televisi menyerap 60 persen dari total belanja iklan nasional selama 2011 mencapai Rp80,2 triliun karena besarnya minat pasar mempromosikan barang dan jasa melalui media tersebut.

Ketua Dewan Pengurus Daerah Perhimpunan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jatim, Mufid Wahyudi, ditemui di Surabaya, Jumat malam mengatakan, kemudian disusul belanja iklan diserap oleh koran yang mencapai 30 persen.

Sedangkan belanja iklan di berbagai majalah dan tabloid hanya menyumbang sebesar 2,7 persen dan radio sekitar 0,2 persen, kemudian, sisanya terbagi antara media digital termasuk "online" dan media luar ruang.

"Walau komposisi media digital sangat minim, pertumbuhannya lebih tinggi dibandingkan radio atau bisa di atas 100 persen," ujarnya.

Ia menilai, belanja iklan senilai Rp80,2 triliun secara nasional mampu terealisasi lebih besar dibandingkan target awal tahun lalu sebesar Rp70 triliun.

"Dari pencapaian belanja iklan skala nasional, Jatim menyumbang 30 persennya atau berada di tempat kedua setelah Jakarta," ulasnya.

Mengenai realisasi belanja iklan di Jatim antara Januari-Desember 2011, tambah dia, bisa terwujud karena keberhasilan provinsi ini mewujudkan iklim perekonomian yang baik.

"Bahkan, bisa membukukan angka pertumbuhan ekonomi 7,3 persen pada akhir tahun lalu," katanya.

Di samping itu, dari beragam iklan yang menghiasi tiap sudut potensial di penjuru Nusantara, sebut dia, sektor telekomunikasi tetap menjadi peringkat pertama dari belanja iklan di Indonesia.

"Kalau di posisi kedua, justru iklan pemerintahan contoh beberapa kementerian dan pemerintah daerah yang membuat iklan baik layanan masyarakat maupun promosi objek wisata daerahnya," katanya.

Belanja iklan lain yang mencatatkan dana sangat besar, lanjut dia, salah satunya promosi beragam produk perawatan rambut di mana semestinya masuk kategori "customer goods".

"Kami juga heran mengapa banyak perusahaan yang mengalokasikan belanja iklan terhadap produk perawatan rambut dibandingkan lainnya," katanya.

(T.KR-MSW/S025)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2012