Tehran (ANTARA News) - Kepala inspektur nuklir PBB tiba di Iran Minggu dalam misi menjernihkan "masalah substansial yang menonjol" pada program atom Tehran, dan menyerukan dialog dengan negara Islam itu.

Sebelum meninggalkan bandara Wina, Kepala Inspektur Badan Energi Atom Internasional (IAEA) Herman Nackaerts mengatakan kepada para wartawan bahwa pembicaraan telah lama tertunda, lapor AFP.

"Kami sedang mencoba memecahkan semua masalah menonjol dengan Iran," katanya.

"Khususnya kami mengharapkan Iran akan terlibat dengan kami mengenai kemungkinan dimensi militer program nuklir Iran. Kami berharap memulai dialog, sebuah dialog yang lama sekali tertunda."

Nackaerts memimpin enam orang anggota tim IAEA yang dijadwalkan akan menemui para pejabat Iran mulai Minggu hingga Selasa. Delegasi mendarat di Tehran Minggu pagi, lapor kantor berita resmi IRNA.

Tim tersebut menyertakan orang kedua IAEA Rafael Grossi, warga negara Argentina, dan pejabat legal senior badan pengawas tersebut Peri Lynne Johnson, seorang warga negara AS, menurut para diplomat.

Nackaerts, seorang warga negara Belgia, menolak untuk memberikan komentar mengenai siapa yang akan dia temui selama perjalanan tersebut, yang dimaksudkan untuk menjernihkan apa yang IAEA sebut "masalah substantif menonjol" pada program nuklir Tehran.

IRNA mengutip Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi, di Addis Ababa dalam pertemuan Uni Afrika, dengan menyatakan dia "optimistis" mengenai kunjungan delegasi tersebut.

"Kami telah melakukan bekerja sama luas dan erat dengan badan itu dan kami selalu mempertahankan transparansi sebagai salah satu prinsip kami bekerja dengan badan tersebut," katanya.

Badan itu menambahkan bahwa tim kemungkinan akan mengunjungi lokasi pengayaan Fordo di selatan ibu kota Tehran.

Awal bulan ini, IAEA mengatakan Iran telah memulai pengayaan uranium hingga kemurniaan 20 persen di dalam bunker gunung di Fordo, secara signifikan membuatnya mendekati batas 90 persen yang dibutuhkan untuk bom nuklir.

Dengan penyangkalan Iran berulang kali bahwa pihaknya menginginkan senjata nuklir dan penolakan laporan IAEA sebagai tidak berdasar, ketua badan pengawas Yukiya Amano Jumat mendesak Republik Islam itu agar menunjukkan "kerjasama yang substansial" selama kunjungan tersebut.

Laporan tersebut, yang telah membawa pada peningkatan tekanan substansial terhadap Iran dari Amerika Serikat, Uni Eropa dan lainnya, mendetilkan sederet wilayah yang menyatakan  aktivitas Iran sangat mencurigakan.

"Kami memiliki informasi yang mengindikasikan bahwa Iran telah terlibat dalam aktivitas yang berkaitan dengan pengembangan alat ledak nuklir," kata Amano Jumat di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

"Kami meminta agar Iran menjelaskan situasi itu. Kami mengusulkan untuk membentuk misi dan mereka setuju untuk menerima misi tersebut. Persiapan telah berjalan dengan baik namun kami perlu mengetahui apa yang sebenarnya terjadi ketika misi tiba."

Presiden Iran Mahmoud Ahmadinejad pernah menandaskan bahwa Tehran tidak menghindari perundingan dan siap duduk bersama dengan kekuatan-kekuatan dunia Inggris, China, Prancis, Rusia, Amerika Serikat, dan Jerman untuk melakukan pembicaraan.

IRNA mengatakan Minggu bahwa petinggi perunding nuklir Iran Saeed Jalili akan mengirim surat kepada Ashton yang "akan memberikan pandangan Iran mengenai waktu dan tempat perundingan (berikutnya)".

Surat tersebut "yang mungkin akan dikirimkan segera, dalam beberapa hari mendatang", mengutip pernyataan menteri luar negeri, menambahkan putaran perundingan berikutnya kemungkinan akan "sukses karena kedua belah pihak tertarik untuk menemukan solusi bagi masalah nuklir Iran."

Pembicaraan sebelumnya yang diadakan setahun lalu di Istanbul berakhir tanpa kemajuan.

Sekjen PBB Ban Ki-moon, juga di Davos, mengatakan
tanggung jawab berada pada Iran untuk membuktikan maksud baiknya.

"Tidak ada alternatif lain guna mengatisi krisis ini selain resolusi damai melalui dialog," kata Ban kepada para wartawan.

Apa yang membuat komunitas internasional semakin khawatir adalah penolakan terus menerus Iran terhadap resolusi Dewan Keamanan PBB yang memintanya agar menghentikan pengayaan uranium hingga IAEA puas programnya bersifat damai. (K004)

Penerjemah: Kunto Wibisono
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2012