Singapura (ANTARA News/Reuters) - Harga minyak naik lebih dari tiga persen Senin pagi ini di Singapura setelah seorang komandan Pasdaran atau Pengawal Revolusi Iran mendesak embargo minyak menyusul ofensif darat Israel di Jalur Gaza dan meningkatnya krisis pasokan gas Rusia.

Dukungan beli yang kuat dari Wall Street pada perdagangan awal tahun Jumat pekan lalu dan semakin terlihatnya janji OPEC memangkas produksi lebih dalam lagi adalah faktor-faktor lain yang membantu naiknya kembali harga minyak selama tiga hari berturut-turut sehingga harga kali ini mencetak rekor tertinggi dalam dua pekan terakhir.

Minyak mentah cair AS untuk pengiriman Februari diperdagangkan naik 1,47 dolar AS per barel menjadi 47,81 dolar AS per barel sampai pukul 23.30 GMT (6.30 WIB), di mana beberapa pialang mulai menilai anjloknya harga sampai 110 dolar AS dari rekor tertinggi 147 dolar AS Juli lalu terlalu berlebihan.

"Konflik Gaza menambahkan premium risiko geopolitik pada harga minyak," kara analis pada Commonwealth Bank, Australia, David Moore.

"Pasar minyak juga mungkin sudah merasa bahwa implementasi pemangkasan produksi minyak yang beberapa waktu lalu dijanjikan OPEC akhirnya memang akan memperketat suplai minyak dunia," lanjut David.

Pasukan darat dan tank-tank Israel memasuki Jalur Gaza dan mengepung kota utama di wilayah itu Minggu dalam sebuah ofensif yagn ditujukan untuk memerangi Hamas dan telah menewaskan 500 warga Palestina termasuk korban sipil yang terus bertambah jumlahnya.

Tank-tank Israel dam senapan-senapan mesin tidak henti memuntahkan peluru menyasar daerah yang diduga menjadi posisi kaum militan, sementara pesawat tempur memburu dari udara begitu para pejuang Hamas melawan balik dengan menembakkan mortir dan roket-roket mereka.

Kekerasan di Gaza memang tidak mengancam langsung pasokan minyak dunia, namun dampaknya dapat menulari negara-negara Timur Tengah lain yang memproduksi sepertiga kebutuhan dunia di mana produsen minyak keempat terbesar dunia yang juga menjadi anggota OPEC, Iran, bersuara keras dalam krisis Gaza.

Seorang komandan pasukan khusus Iran, Pengawal Revolusi atau Pasdaran, mengimbau negara-negara Islam untuk mengembargo minyak terhadap negara-negara pendukung Israel untuk menjawab ofensif negara Yahudi itu di Gaza.

"Dengan menunjuk pada ketergantungan Barat akan minyak dan sumber energi negara-negara Islam, dia (Bagherzadeh) meminta pemangkasan ekspor minyak mentak ke para pendukung rezim Zionis di seluruh dunia," demikian kantor berita IRNA merujuk Israel.

IRNA hanya menyiratkan nama belakang sumbernya namun kemungkinan besar orang yang dimaksud adalah Brigadir Jenderal Mirfeysal Bagherzadeh dari satuan elite Pengawal Revolusi.

Belum ada komentar dari para pejabat Iran lainnya, namuan para analis meragukan apakah Teheran bersiap mengikuti ajakan itu atau apakah negara-negara yang berhubungan dekat dengan Barat mau menuruti imbauan embargo minyak itu.

"Anda boleh saja mengira kaum garis keras bakal mengeluarkan ajakan seperti itu namun menurut praktik politik saya kira pernyataan itu sangat tidak efektif," kata analis independen Mehdi Varzid.

Sementara itu, karena meningkatnya persoalan geopolitik, pasokan gas alam Rusia kepada Repubik Ceko anjlok lima persen sebagai dampak dari tegangnya hubungan Rusia - Ukraina menyangkut penentuan harga gas yang meletus sejak perayaan Tahun Baru.

Kedua negara Slavia ini saling menuding menjadi penyebab keretakan hubungan diantara mereka.

Perusahaan-perusahaan energi Eropa yang menerima sekitar seperlima pasokan gasnya yang disalurkan dari jalur pipa melalui Ukraina, mengaku masih memiliki stok gas yang cukup untuk memenuhi kebutuhan gas sampai beberapa hari lagi, namun para analis menyatakan Eropa bisa menemui masalah besar jika perselisihan diantara kedua negara semakin tajam.

Jalur gas yang menjadi biang keladi perselisihan serupa tiga tahun lalu yang juga mengganggu suplai gas Eropa, tampaknya telah meningkatkan kekhawatiran baru Eropa mengenai kesanggupan Rusia menjadi pemasok gas bagi benua itu. (*)

Pewarta:
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2009