Denpasar (ANTARA News) - Seniman muda I Kadek Seinia Dwi Pratama memamerkan lukisan jari karyanya dalam pameran tunggal bertajuk "Gejolak Jiwa Seinia" di Warung Yayaa Artspace, Sanur, Denpasar.

Remaja berusia 17 tahun yang bersekolah di SMK Negeri 1 Sukawati, Kabupaten Gianyar, Bali, itu menampilkan 11 lukisan cat minyak dan akrilik yang dia buat dengan jemari tangan, tanpa kuas, dalam pameran yang akan digelar pada 20 Januari-20 Februari.

"Lukisan-lukisan Seinia terkesan liar, magis, dan mistis seakan lahir dari campur tangan alam roh," kata kurator seni lukis, Wayan Jengki Sunarta, di Warung Yayaa Artspace, Sabtu.

Ia mengatakan, Seinia menuangkan warna-warna kelam yang saling berkelindan dengan liukan warna cerah dalam lukisannya.

Kalau dicemati, lanjut dia, goresan warna dalam lukisan seniman belia itu terlihat seperti manusia, monster, rangda, atau binatang mistis.

"Kami menilai karya Seinia itu memang layak ditampilkan dalam pameran tunggal," kata Jengki tentang lukisan yang dibuat Seinia tahun 2011-2012.

Pemilik Warung Yayaa Artspace, Igo Blado, mengatakan dia memberikan ruang kepada seniman pemula untuk memamerkan karya. Dia menilai karya Seinia tak kalah dengan karya perupa berpengalaman, layak ditampilkan dalam pameran tunggal.

Seinia mengaku belajar melukis secara otodidak. Dia biasa melukis pada malam hari. "Biasanya saya melukis jam 11 malam. Satu lukisan membutuhkan waktu 15 sampai 45 menit," kata anak kedua dari pasangan  I Ketut Sudiarta dengan Ni Wayan Kariani itu.

"Saya melukis sesuai keinginan setelah melakukan perenungan," kata pengagum pelukis Affandi itu.

Dari 11 karya lukis yang dipamerkan, ada lukisan berjudul "Mencari Tumbal" dan "Wujud Kesempurnaan" yang tidak akan dijual oleh Seinia.

"Kedua lukisan itu tidak bisa dihargai dengan uang karena saya buat melalui perenungan yang panjang," kata Seinia.

Sang ayah, Ketut Sudiarta, mendukung pengembangan bakat anaknya dengan menyediakan peralatan melukis yang dibutuhkan Seinia seperti kanvas, cat minyak, akrilik, dan bingkai.

"Untuk satu lukisan, tidak kurang dari Rp2 juta yang harus saya keluarkan. Bahkan, untuk memenuhi keinginan anak, saya rela menjual apa saja yang saya punya," kata pria yang bekerja sebagai pemandu wisata itu.

(M038)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013