Ambon (ANTARA News) - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) akan menggelar sosialisasi tentang biota laut beracun kepada masyarakat di Ambon.

"Saya sedang berkoordinasi dengan LIPI pusat untuk sosialisasi tersebut," kata peneliti Bidang Ekologi Fitoplankton LIPI Ambon Sem Likumahua di Ambon, Provinsi Maluku, Selasa.

Ia mengatakan, sosialisasi biota laut beracun kepada masyarakat Ambon sangat penting, terutama sejak kelimpahan sel alga beracun atau Pyrodinium sp. melebihi satu juta sel/liter di Teluk Ambon Dalam, dan telah menyebabkan sejumlah warga setempat harus dirawat di rumah sakit setelah mengkonsumsi kerang yang terinfeksi alga beracun.

Pyrodinium ditemukan di Teluk Ambon pada 1994, perkembangannya kembali diamati oleh LIPI Ambon, pada Juli 2012 karena mulai tumbuh subur akibat musim penghujan.

"Masyarakat harus tahu alga jenis ini, karena tidak meracuni manusia secara langsung, tetapi melalui biota laut lainnya yang sudah terinfeksi olehnya. Kelimpahan selnya juga tidak bisa dihentikan begitu saja. Sejauh ini LIPI Ambon belum bisa mengukur kadar toksin dari kelimpahan sel Pyrodinium di Teluk Ambon," katanya.

Likumahua yang juga Koordinator Penelitian Monitoring Teluk Ambon menjelaskan, selain Pyrodinium sp., biota laut yang bisa meracuni manusia dan hidup di Teluk Ambon adalah plankton beracun atau Phytoplankton dari jenis Plankton Dino Fragilata.

Berbeda dengan Pyrodinium yang menginfeksi biota laut melalui air, Plankton Dino Fragilata bersemayam di dalam daging biota laut, seperti ikan dan menyebabkan kematian hewan itu.

Manusia yang mengkonsumsi ikan-ikan mati akibat Plankton Dino Fragilata, juga akan mengalami keracunan dan bisa menyebabkan kematian.

"Keberadaan Phytoplankton itu dapat menyebabkan hilangnya beberapa habitat ikan-ikan tertentu, khususnya yang memiliki radar terhadap toksin, mereka cenderung menghindar ke tempat lain," ujarnya.

(KR-IVA/A035)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013