Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Agus Martowardojo mengatakan pertumbuhan ekonomi nasional pada 2012 yang hanya mencapai 6,23 persen antara lain karena rendahnya realisasi belanja modal pemerintah.

"Kalau seandainya penyerapannya bisa seperti tahun lalu, 6,3 persen pertumbuhan ekonomi itu pasti di tangan," ujarnya di Jakarta, Kamis.

Agus memaparkan realisasi belanja modal pada 2011 yang mencapai 83,6 persen, lebih baik dibandingkan penyerapan belanja modal tahun lalu yang hanya mencapai 79,6 persen.

Padahal, menurut dia, alokasi belanja modal pada 2012 yang mencapai Rp140,2 triliun, tercatat lebih besar daripada anggaran belanja modal pada 2011.

"Kita cukup prihatin karena belanja modal kita penyerapannya hanya 79 persen," ujar Agus.

Namun, Agus mengatakan pertumbuhan ekonomi sebesar 6,23 persen tersebut merupakan angka pertumbuhan yang relatif tinggi di antara negara maju dan negara berkembang lainnya.

Kondisi tersebut merupakan kesempatan bagi pemerintah untuk melakukan review serta memanfaatkan momentum pertumbuhan ekonomi baik untuk menekan tingkat kesenjangan sosial.

"Sekarang 6,23 persen, memang menjadi input bagi pemerintah untuk melakukan review dan mengejar pertumbuhan ekonomi optimal serta inklusif. Inklusif itu artinya gap antara yang kaya dan miskin kita jaga terkendali," katanya.

Menurut Agus, dengan adanya penyerapan belanja baik, konsumsi domestik terjaga, investasi meningkat serta regulasi mendukung iklim berusaha, maka pertumbuhan ekonomi yang optimal dan inklusif akan tercapai.

Sebelumnya, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suryamin menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi pada tahun 2012 menurut sisi penggunaan terjadi pada komponen pembentukan modal tetap bruto 9,81 persen, pengeluaran konsumsi rumah tangga sebesar 5,28 persen, ekspor 2,01 persen dan pengeluaran konsumsi pemerintah 1,25 persen.

Sedangkan, ia menambahkan, komponen impor sebagai faktor pengurang, mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi tahun lalu hingga mencapai 6,65 persen.

"Pengeluaran konsumsi pemerintah rendah karena ada efisiensi pengeluaran barang dan moratorium pegawai negeri sipil sehingga belanja tidak tinggi. Akan tetapi, investasi tumbuh dibandingkan dengan persentase tahun lalu yang hanya 8,77 persen," katanya.

(*)

Pewarta: Oleh Satyagraha
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013