Dengan ini saya menyatakan keadaan darurat di Negara Bagian Borno, Yobe dan Adamawa,"
Abuja, Nigeria (ANTARA News) - Presiden Nigeria Goodluck Jonathan pada Selasa menyatakan "keadaan darurat" di tiga negara bagian yang berbahaya karena aksi kelompok Boko Haram dan mengatakan bahwa tingkat kekerasan telah menuntut diberlakukannya "langkah-langkah luar biasa".

"Dengan ini saya menyatakan keadaan darurat di Negara Bagian Borno, Yobe dan Adamawa," kata Jonathan dalam pidato yang disampaikannya melalui televisi.

Jonathan pada Januari 2012 lalu melakukan langkah yang sama, setelah terjadinya gelombang serangan oleh Boko Haram.

Namun, namun pada saat itu keadaan darurat hanya diberlakukan di wilayah-wilayah pemerintahan daerah tertentu di empat negara bagian.

Untuk dapat menerapkan langkah tersebut di seluruh wilayah, Jonathan harus terlebih dahulu mendapatkan persetujuan dari parlemen Nigeria.

Ia berjanji untuk mengupayakannya.

Belum jelas peningkatan kekuatan apa yang dipersiapkan menyangkut diterapkannya status keadaan darurat.

Ketika mantan presiden Olusegun Obasanjo menerapkan status keadaan darurat dua kali pada tahun 2004 dan 2006, ia menyingkirkan gubernur-gubernur yang terpilih secara demokratis dan melantik para pejabat pemerintah yang ditunjuk untuk memimpin negara-negara bagian, yaitu para mantan pejabat militer.

Jonathan bertekad bahwa ia tidak akan melakukan langkah serupa.

"Para gubernur dan pemangku lain kantor politik di negara-negara bagian yang terkena dampak akan tetap menjalankan kewajiban konstitusional mereka," ujarnya.

Aksi perlawanan Boko Haram, yang disebut kelompok tersebut sebagai gerakan yang ditujukan untuk membentuk negara Islam di wilayah utara Nigeria yang ditinggali oleh mayoritas Muslim, telah menewaskan sekira 3.600 orang sejak tahun 2009.

Jumlah tersebut termasuk warga yang tewas orang pasukan keamanan.

Namun, serangkaian serangan hebat baru-baru ini telah meningkatkan kekhawatiran bahwa aksi perlawanan telah semakin parah.

Jonathan mengatakan kekerasan terbaru telah mengarah kepada "pernyataan perang", demikian AFP.

(T008/C003)



Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013