Hanya atlet yang diutamakan dan potensial yang kita pertahankan
Jakarta (ANTARA News) - Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima) mengurangi jumlah atlet yang akan diturunkan pada SEA Games Myanmar 2013 guna melakukan efisiensi dan pengetatan dana.

Keputusan tersebut sekaligus menangkis isu pencoretan cabang olahraga yang sebelumnya muncul karena kekurangan dana pelatnas sebesar Rp60,3 miliar.

"Komponen atlet yang akan dikurangi, pelatih juga menyesuaikan. Hanya atlet yang diutamakan dan potensial yang kita pertahankan," kata Kepala Satlak Prima, Surya Dharma, di sela pengukuhan kontingen Asian Youth Games 2013 di kantor Komite Olimpiade Indonesia (KOI), Kamis.

Menurut Surya, dari dana yang tersisa Indonesia hanya mampu mengirim 858 kontingen yang terdiri atas atlet, pelatih dan manajer dari 39 disiplin olahraga.

"Secepatnya akan kita tuntaskan agar atlet yang sudah dipastikan tanding bisa benar-benar fokus. Saat ini baru 50 persen yang sudah sesuai perhitungan," jelas Surya.

Selain itu, dalam rangka efisiensi dana Satlak Prima juga hanya mengakomodasi 10 pelatih asing. Kriteria pelatih asing yang dipertahankan adalah mereka yang melatih atlet prioritas seperti tinju, catur, wushu, judo, angkat besi, dan tenis meja.

Satu permohonan pelatih asing terpaksa dicoret begitu juga satu pelatih asing tenis meja yang dipangkas dan diganti dengan pelatih karate karena karate juga dinilai potensial. Sedangkan permohonan 25 pelatih asing yang masih dalam daftar tunggu tidak diproses.

"Sisa pelatih asing yang diajukan beberapa cabang olahraga terpaksa tidak bisa kami setujui karena dana sangat terbatas," ujar Surya.

Semula anggaran yang disediakan untuk pelatih asing sebesar Rp10 miliar. Dengan adanya pengetatan, setidaknya bisa menghemat sekitar Rp5 miliar dan ditambah dengan penghematan dari pengurangan atlet Rp7 miliar.

"Bila ditotal penghematan dari pengurangan atlet dan pelatih, sudah menghemat Rp12 miliar sehingga kekurangan dana pelatnas tinggal Rp48,3 miliar," tambahnya.

Pewarta: Monalisa
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2013