Sanaa (ANTARA News) - Perdana Menteri Yaman Mohamed Basindawa lolos tanpa cedera pada saat pria bersenjata menembaki konvoinya di ibu kota pada Sabtu, kata seorang sumber keamanan.

"Empat orang bersenjata tak dikenal menembaki konvoi perdana menteri di pusat Sanaa saat ia pulang ke rumah," kata sumber itu kepada AFP, dengan menambahkan bahwa tidak ada yang terluka dalam serangan itu.

Basindawa telah memimpin pemerintah persatuan nasional sejak Desember 2011, di bawah perjanjian transisi yang membuka jalan bagi penggulingan Presiden Ali Abdullah Saleh.

Negara Jazirah Arab itu telah diguncang oleh kekerasan mematikan sejak kepergian Saleh, khususnya di wilayah selatan dan timur Yaman di mana Al-Qaida aktif.

Basindawa bepergian dalam sebuah mobil lapis baja ketika orang-orang bersenjata dalam satu mobil melepaskan tembakan sebelum melarikan diri, kata sumber keamanan.

Itu adalah serangan pertama dengan target perdana menteri, yang adalah seorang tokoh oposisi terkemuka di bawah Saleh, dan beberapa anggota pemerintahannya juga lolos dari usaha pembunuhan.

Terlepas dari ancaman Al-Qaida, Yaman juga terjebak dalam perebutan kekuasaan dengan separatis selatan dan menghadapi pemberontakan di utara yang sebagian besar dihuni kelompok Syiah.

Pemerintah pada 21 Agustus meminta maaf kepada kedua separatis selatan dan pemberontak utara untuk perang terhadap mereka, sebagai bagian dari upaya untuk mendorong dialog nasional yang bertujuan merancang konstitusi baru dan menyelenggarakan pemilu.

Yaman adalah rumah leluhur almarhum pemimpin dan pendiri Al-Qaida Osama bin Laden dan pangkalan utama kelompok depan lokal faksi militan, Al-Qaida di Semenanjung Arab (AQAP).

Gerilyawan AQAP mengambil keuntungan dari penurunan kontrol pemerintah pusat selama 2011 karena pemberontakan rakyat memaksa Saleh turun dari kekuasaan, dan menyita sebagian besar wilayah di selatan.

Tetapi tentara mengusir mereka dari daerah-daerah tersebut pada Juni 2012 dan mereka telah semakin lemah terutama karena serangan pesawat tak berawak AS, meskipun mereka masih melakukan serangan `serbu dan kabur` terhadap pasukan keamanan.

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013