Jerusalem (ANTARA News) - Presiden Israel Shimon Peres, Senin malam (9/9), menyampaikan keraguannya mengenai usul Rusia untuk menempatkan senjata kimia Suriah di bawah pengawasan internasional guna menghindari serangan pimpinan AS yang mungkin dilancarkan ke Suriah.

Usul tersebut bermasalah sebab Pemerintah Suriah "tak bisa dipercaya", kata Peres dalam acara untuk memperingati ulang tahun ke-50 berdirinya Dewan Pers Israel, lapor Xinhua.

Sebelumnya, Menteri Urusan Luar Negeri Prancis Laurent Fabius mengatakan usul Rusia yang menyarankan senjata kimia Suriah diserahkan kepada pengawasan internasional "patut diteliti" dan dapat diterima berdasarkan resolusi Dewan Keamanan PBB.

Fabius mengatakan Presiden Suriah Bashar al-Assad nantinya harus secepatnya menyerahkan simpanan senjata kimianya kepada masyarakat internasional dan mengizinkan semua senjata itu dimusnahkan, dan operasi itu harus dilakukan dengan resolusi Dewan Keamanan yang menetapkan "konsekuensi tegas kalau ia gagal memenuhi komitmennya".

Diplomat senior Prancis tersebut menyatakan para pelaku serangan pada 21 Agustus mesti dihukum dan harus diseret ke Pengadilan Pidana Internasional untuk menghadapi hukuman atas kejahatan mereka.

Pada Senin (9/9), Presiden AS Barack Obama juga menyambut usul Rusia untuk menempatkan senjata kimia Suriah di bawah pemantauan internasional.

Obama mengatakan itu adalah "perkembangan yang berpotensi positif" dan dapat mengarah kepada "terobosan" dalam krisis di negara Arab tersebut, sementara memperingatkan usul itu tak boleh digunakan sebagai taktik penghentian.

Namun Peres sebagaimana dikutip dalam satu pernyataan yang disiarkan oleh kantor presiden Israel, dan dilaporkan Xinhua, Selasa malam, mengatakan, "Pemerintah Suriah telah memperlihatkan mereka tak bisa dipercaya dan kita tak bisa mengandalkan integritas mereka."

Saat dunia menunggu keputusan Gedung Putih mengenai agresi militer terhadap Suriah setelah dugaan serangan senjata kimia, Israel bersiaga, karena khawatir serangan militer AS mungkin memicu pembalasan dari Suriah dan Lebanon terhadap Israel.

Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah membatalkan perjalanan ke Italia, yang dijadwalkan pekan depan, di tengah ketegangan yang meningkat seputar kemungkinan serangan AS, kata seorang juru bicara kantor perdana menteri.

Netanyahu mulanya dijadwalkan bertemu dengan perdana menteri Italia dan menteri luar negeri AS --yang saat ini melakukan perjalanan ke Eropa.


Penerjemah: Chaidar Abdullah

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013