Jakarta (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI) menyatakan, tidak ada perlakuan khusus terhadap Letnan Satu Infanteri (Lettu Inf) Agus Harimurti Yudhoyono, dalam misi pasukan perdamaian Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke Lebanon. "Tidak ada special treatment," kata Kepala Pusat Penerangan Markas Besar (Kapuspen Mabes) TNI, Laksamana Muda Sunarto Sjoekronoputro, kepada ANTARA News di Jakarta, Kamis, menanggapi masuknya Lettu Inf. Agus Yudhoyono --putra sulung Presiden Susilo Bambang Yudhoyono-- dalam kontingen perdamaian TNI untuk PBB ke Lebanon. Ia menjelaskan, setiap kesatuan TNI dalam melaksanakan tugas atau operasi sudah memiliki prosedur tetap (protap) mengenai pengamanan personel dan materialnya. Setiap anggota yang tergabung dalam kesatuan itu pasti dan harus melaksanakan protap tersebut, tambahnya. Lettu Inf. Agus Harimurti Yudhoyono saat ini menjabat Komandan Peleton (Danton) di Batalyon Lintas Udara (Linud) 305/Tengkorak Komando Cadangan Strategis TNI-Angkatan Darat (Kostrad) yang bermarkas di Karawang, Jawa Barat. Dalam tugas kemiliteran, Agus Yudhoyono agaknya menjalani protap selaku personel TNI, sekalipun dalam aturan protokol kepresidenan termaktub bahwa Presiden dan Wakil Presiden bersama keluarganya mendapatkan perlakuan khusus, terutama menyangkut pengamanannya. TNI tengah menyiapkan kontingen misi perdamaian di bawah payung Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk menyikapi situasi di Lebanon pasca-agresi militer Israel. Selama ini, TNI memberi nama Kontingen Garuda (Konga) untuk pasukan perdamaian sejenis. Saat berdinas aktif di TNI, Susilo Bambang Yudhoyono juga pernah memimpin Konga yang bertugas di kawasan konflik negara eks-Yugoslavia. Berkaitan dengan konflik di Timur Tengah selama sebulan terakhir ini, Pemerintah Indonesia menyiagakan satu Batalyon Mekanis TNI yang berasal dari TNI Angkatan Darat (652 personel), TNI Angkatan Laut (273), TNI Angkatan Udara (39), Markas Besar TNI (13), dan Departemen Luar Negeri sebanyak tiga orang sebagai penerjemah. Satu Batalyon Mekanis TNI yang disiapkan untuk operasi perdamaian di Lebanon akan dipimpin oleh Letnan Kolonel Infanteri Surawahadi, dan akan bertugas selama enam bulan hingga satu tahun di Lebanon. Tugas pokok yang diemban batalyon tersebut adalah mendirikan demilitary zone, mencegah konfrontasi antara kedua kelompok yang bertikai, memantau dan melaporkan pelanggaran gencatan senjata, mencegah penyusupan, membantu dan memelihat penegakkan hukum, serta melakukan investigasi dan laporan seluruh kejadian pada daerah tanggungjawabnya. Selain itu, Batalyon Mekanis TNI dalam operasi perdamaian di Lebanon juga ditugaskan untuk melaksanakan negosiasi langsung dengan pihak-pihak berkepentingan, melaksanakan konvoi, dan membuka jalur logistik serta melindungi instalasi barang-barang dan personel PBB. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006