Ini kami membersihkan pakai masker, ada yang masih pakai helm, untuk melindungi diri."
Kediri (ANTARA News) - Warga Desa Sugihwaras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, Jumat dinihari mulai bekerja bakti untuk membersihkan rumah mereka yang terkena guyuran kerikil akibat letusan Gunung Kelud.

"Ini kami gunakan alat seadanya membersihkan rumah dari batu dan kerikil Kelud," kata Vrian, warga Desa Sugihwaras, Kecamatan Ngancar.

Ia mengatakan guyuran hujan kerikil akibat letusan Gunung Kelud (1.730 mdpl) saat ini sudah mulai turun intensitasnya daripada sebelumnya. Ketebalan kerikil itu di sekitar rumahnya mencapai 15-20 sentimeter.

Untuk membersihkan, ia dengan para tetangga yang tinggal di Perumnas Ngronggo, Kota Kediri, menggunakan alat seadanya, seperti sapu, sekop, dan alat lain. Selain atap rumah, juga halaman dan jalan utama di daerah itu yang terkena sebaran kerikil.

Vrian mengatakan membersihkan kerikil pascaletusan Gunung Kelud itu memang memerlukan perlakuan khusus. Selain masih berbau belerang, juga terasa pedih di mata.

"Ini kami membersihkan pakai masker, ada yang masih pakai helm, untuk melindungi diri," jelasnya.

Ia mengatakan di daerahnya terdapat sejumlah bangunan yang rusak karena tidak mampu menopang beratnya material Kelud.

Setidaknya ada tiga bangunan milik tetangganya ambruk. Misalnya rumah milik Doly, tetanganya teras serta garasi ambruk dan menimpa mobil, sementara teras dua rumah Bayu juga ambruk.

Gunung Kelud mengalami erupsi, setelah sebelumnya terjadi gempa tremor sampai enam jam. Gunung itu dinyatakan erupsi pada pukul 22.56 WIB, setelah statusnya naik dari semula waspada menjadi awas.

Perubahan status Gunung Kelud relatif sangat cepat, dari sebelumnya aktif normal berubah menjadi waspada pada Minggu (2/2), dan berubah lagi menjadi siaga pada Senin (10/2) pukul 16.00 WIB, dan Kamis (13/) pukul 21.15 WIB berubah statusnya menjadi awas.

Gunung itu pernah meletus sampai 25 kali, rentang 1000 sampai tahun 2007, dengan puluhan ribu korban jiwa, maupun materiil. Gunung tersebut meletus terakhir pada 2007, tapi secara "efusif" atau tertahan.  (FQH/M026)

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014