Data tersebut kemungkinan bisa bertambah...
Bantul (ANTARA News) - Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mencatat sebanyak 65.550 benih ikan milik petani setempat mati akibat hujan abu vulkanik pascaerupsi Gunung Kelud di Kediri, Jawa Timur, beberapa waktu lalu.

"Itu data dari hasil tim melakukan keliling ke sejumlah kelompok pembudidaya ikan di Bantul hingga Selasa ini. Ada juga yang bersifat laporan," kata Kepala Bidang Budidaya, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Bantul, Subiyanto, Selasa.

Menurut dia, akibat ratusan ribu benih ikan mati karena hujan abu yang menyelimuti wilayah Bantul pada Jumat (14/2) lalu itu kerugian yang dialami para pembudidaya ikan tersebut ditaksir mencapai puluhan juta rupiah.

Ia mengatakan data tersebut dihimpun dari tujuh kelompok Unit Pembenihan Rakyat (UPR) maupun kelompok pembudidaya perikanan, dari jumlah keseluruhan sebanyak 847 kelompok se-Kabupaten Bantul.

Menurut dia, sebagian besar benih ikan yang mati adalah jenis ikan lele dan gurame yang rata-rata berusia tiga minggu, sementara ratusan ribu ikan yang mati itu tersebar di berbagai daerah antara lain Kecamatan Jetis, Sanden, Srandakan, Dlingo, Pundong, dan Kecamatan Pandak.

"Data tersebut kemungkinan bisa bertambah, karena data yang saya pegang saat ini belum lengkap, hanya berdasarkan sampel saja yang sementara kami datangi," katanya.

Menurut dia, kematian benih ikan tersebut disebabkan kepekatan air dalam kolam pembenihan, karena abu vulkanik yang jatuh di kolam membuat air menjadi keruh dan pekat, sehingga ikan kesulitan memperoleh oksigen untuk pernafasan.

"Sebenarnya saat ada hujan abu kemarin, kami langsung sampaikan ke seluruh kelompok pembudidaya benih ikan agar mengganti air atau mengalirkan air dalam kolam. Namun karena tidak sempat mengganti air sehingga ikan-ikan itu mati," katanya.

Sementara itu, salah satu pengelola Balai Benih Ikan (BBI) Sumberagung Kecamatan Jetis Bantul, Budiman, mengatakan sejak kolam-kolam ikan di wilayahnya diguyur hujan abu pada akhir pekan lalu, hingga kini ikan masih dapat berkembang biak seperti biasa.

"Memang kemarin abu vulkaniknya sangat banyak, tetapi dari 27 kolam yang ada di sini semuanya tidak berpengaruh, dan hingga saat ini semuanya (ikan-kan) masih segar," katanya.

(KR-HRI)


Pewarta: Heri Sidik
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014