Beijing (ANTARA News) - "klik...klik...klak..klik" suara jepretan kamera turis terdengar bersamaan dengan munculnya pasukan yang bertugas menurunkan bendera China "Five Stars Red Flag", di Lapangan Tiananmen, Beijing.

Sekitar 50 personel pasukan polisi paramiliter China, berseragam hijau, bermantel tebal musim dingin warna senada, lengkap dengan senjata dan sangkur terhunus, berjalan tegap dari Gerbang Tiananmen menyeberangi jalan Chang An menuju tiang bendera di Lapangan Tiananmen.

Sesampainya di area tiang bendera, dua orang dari mereka perlahan menaiki empat anak tangga panggung mendekati tiang bendera.

Personel lainnya mengambil posisi mengelilingi panggung, menghadap Gerbang Tiananmen tempat gambar besar pendiri Republik Rakyat China Mao Zedong.

Sekitar lima menit kemudian Five Stars Red Flag pun perlahan diturunkan, petugas pun dengan cekatan melepaskan kait-kait pada sebilah batang yang menjepit bendera dari tali di tiang bendera.

Usai dilepaskan dari tali tiang, bendera digulung membungkus batang yang menjepitnya, dipanggul petugas yang kemudian perlahan menuruni anak tangga, bergabung dengan personel regu penurun bendera lainnya, kembali ke menuju Gerbang Tiananmen untuk dikibarkan kembali pada esok paginya.

Prosesi penurunan bendera hanya berlangsung sekitar sepuluh menit. Selama prosesi berlangsung, lalu lintas di sekitar Tiananmen dihentikan. Begitu pun saat penaikkan bendera.

Upacara penaikan dan penurunan bendera di lapangan Tiananmen merupakan salah satu atraksi menarik bagi para wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Ritual Kebangsaan
"Tiananmen adalah simbol negara kami, simbol eksistensi China. Karena itu saya sangat bangga berada disini, terlebih menyaksikan upacara penurunan bendera Kami," kata Zhan Li, turis asal Provinsi Shandong, China.

Tiannamen memiliki luas 440.000 kilometer persegi, membentang dengan panjang 880 meter dari selatan ke utara, dan lebar 500 meter dari barat ke timur.

Lapangan Tiananmen di keliling beberapa gedung penting pemerintahan seperti Balai Agung Rakyat atau "The Great Hall of People", di sebelah barat Tiananmen.

Di sebelah timur lapangan berdiri megah Museum Nasional China, yang menyimpan seluruh bukti perjalanan sejarah China. Tiananmen diapit Gerbang Qiamen di selatan dan Gerbang Tiananmen di utara lengkap dengan gambar besar Mao Zedong.

Di dalam area Lapangan Tiananmen terdapat tugu pahlawan.

Pada 1 Oktober 64 tahun silam, Mao Zedong memproklamirkan hari kelahiran Republik Rakyat China dan untuk kali pertama bendera China dikibarkan.

Warna merah yang melatari bendera melambangkan revolusi, satu bintang besar dan empat bintang kecil berwarna kuning emas yang mengelilingnya, disudut kiri bendera, masing-masing melambangkan Partai Komunis China dan rakyat China.

Sejak itulah setiap kegiatan kenegaraan dan partai Komunis China diselenggarakan di Balai Agung Rakyat. Peringatan tahun baru internasional pada 1 Januari dan tahun baru China, bahkan peringatan Hari Buruh se-dunia pada 1 Mei ditandai dengan penaikkan bendera Five Stars Red Flag secara khusus.

Ritual penaikan dan penurunan bendera China di Lapangan Tiananmen adakalanya juga diiringi korps musik polisi paramiliter.

Untuk mendapatkan momen khusus itu, masyarakat atau turis harus menanyakan pada pihak hotel atau agen perjalanan setempat tentang jadwalnya secara pasti.

"Tidak lengkap jika sudah datang ke Tembok Besar, Kota Terlarang, Tiananmen, tanpa melihat upacara penaikkan atau penurunan bendera di Tiananmen. Ini sungguh atraksi menarik, membanggakan dan sangat nasionalis," ungkap Yu Bin turis asal Tianjin.

Upacara penaikkan dan penurunan bendera di Lapangan Tiananmen bukan sekadar ritual, tapi lebih dari itu merupakan ritual kebangsaan, ritual untuk mengingatkan generasi penerus tentang sejarah bangsanya, perjuangan patriotism pendiri negaranya, pahlawannya.

Udara musim dingin, makin menusuk. Para turis secara tertib bergegas pulang usai upacara penurunan bendera berlangsung. Arus lalu lintas Chang An pun telah kembali dibuka.

Selamat malam Tiananmen, sampai jumpa esok pagi.

Oleh Rini Utami
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014