Aden (ANTARA News) - Orang-orang suku anti-pemerintah hari Minggu menculik enam orang awak sebuah pesawat militer Yaman yang melakukan pendaratan darurat di daerah gurun timur karena gangguan teknis, kata beberapa sumber militer dan daerah.

Pesawat bermesin ganda buatan Rusia Antonov-26 sedang mengangkut perbekalan dari Sanaa menuju ladang minyak Masila di wilayah timur ketika mengalami gangguan teknis dan terpaksa melakukan pendaratan darurat di provinsi Hadramawt, kata Jendral Khaled al-Kothairi, yang memimpin satuan militer yang ditugasi melindungi perusahaan-perusahaan minyak.

Pilot, co-pilot dan empat prajurit yang berada di pesawat itu dalam keadaan aman, katanya.

Namun, seorang pejabat militer lain mengatakan bahwa tak lama setelah pesawat itu mendarat, orang-orang suku bersenjata menangkap awak pesawat, dan seorang pejabat pemerintah daerah mengkonfirmasi bahwa mereka diculik.

"Kontak dilakukan dengan orang-orang bersenjata dalam upaya membebaskan para awak itu dan agar militer bisa memperbaiki pesawat tersebut dan membawanya kembali ke Sanaa," kata pejabat militer itu.

Angkatan berenjata menerbangkan perbekalan ke ladang-ladang minyak Masila lima kali sepekan selama beberapa bulan terakhir, setelah orang-orang suku menghalangi jalan di kawasan itu untuk memprotes pembunuhan salah satu ketua suku mereka.

Pendukung ketua suku yang terbunuh, Said Ben Habrish, berjanji membalas kematiannya dengan mencegah pihak berwenang memperbaiki pipa minyak yang menghubungkan ladang Masila dengan pelabuhan Al-Daba di Teluk Aden.

Orang suku meledakkan pipa minyak di provinsi Hadramawt dan pada Februari mereka menyerang konvoi militer yang mengawal teknisi dalam perjalanan untuk memperbaiki pipa rusak, yang menewaskan empat prajurit dan mencederai beberapa lain.

Yaman, yang bergantung pada ekspor minyak mentah untuk mendanai 70 persen anggaran belanjanya, dilanda serangan-serangan bom pada pipa minyak utamanya sejak pemberontakan anti-pemerintah meletus pada 2011.

Orang-orang suku berulang kali menyerang pipa minyak untuk menekan pemerintah pusat di Sanaa agar memenuhi tuntutan mereka seperti pekerjaan, sengketa tanah atau pembebasan rekan-rekan mereka yang ditahan.

Pada Desember, militer meluncurkan ofensif terhadap orang-orang suku yang dituduh mendalangi serangan-serangan itu, menyulut bentrokan yang menewaskan 17 orang.

Serangan-serangan pada pipa minyak juga dituduhkan pada gerilyawan Al Qaida dan semakin sering terjadi setelah pemberontakan 2011 yang menggulingkan pemerintah, demikian AFP.

(M014)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014