Saya mengirimkan tulisan mengenai dampak penebangan hutan bakau di Kota Batam. Tulisan tersebut terinspirasi oleh seminar yang dilakukan oleh LKBN Antara Kepri di Pulau Puteri Batam pada akhir 2012 lalu. Saya tidak menyangka dengan tulisan tersebut s
Batam (ANTARA News) - Lembaga Pers Dr Soetomo (LPDS) bekerja sama dengan Kedutaan Besar Kerajaan Norwegia memilih 10 pewarta, salah satunya Zaki Setiawan dari www.batamekbiz.com untuk meliput perubahan iklim pada 10 provinsi di luar Pulau Jawa.

"Saya mengirimkan tulisan mengenai dampak penebangan hutan bakau di Kota Batam. Tulisan tersebut terinspirasi oleh seminar yang dilakukan oleh LKBN Antara Kepri di Pulau Puteri Batam pada akhir 2012 lalu. Saya tidak menyangka dengan tulisan tersebut saya terpilih melalui pengumuman Kamis pagi," kata Zaki Setiawan di Batam, Kamis.

Ia mengatakan, sebanyak 10 pemenang travel fellowship yang mewakili provinsi/kota asal berbeda, selanjutnya akan berangkat dan harus tiba di Jakarta pada 18 Maret 2014 mendatang untuk selanjutnya dikirim ke 10 daerah dimaksud.

"Berdasarkan undian, peserta akan dikirim menyebar ke daerah ketiga (liputan daerah ketiga/LDK) yang bukan provinsi asal mereka, untuk meliput isu lokal perubahan iklim," katanya.

Zaki mengatakan, periode pengiriman tulisan untuk kegiatan tersebut sudah dilaksanakanpada 25 November 2013 hingga 28 Februari 2014.

"Pihak LPDS menyatakan pemilihan peserta LDK berdasarkan pertimbangan baik dari kiriman karya ke lomba maupun dari naskah yang disusun dalam lokakarya meliput perubahan iklim (MPI)," ujarnya.

Ia mengatakan, inti dari tulisan yang dikirim adalah penebangan tanaman bakau di sepanjang bibir pantai di Kepri menjadi pemicu terjadinya abrasi sehingga jika tidak ada penanaman kembali bakau pengganti, diprediksi dalam lima tahun ke depan, 10-15 persen luas daratan Kepri akan hilang akibat abrasi.

Narasumber kegiatan tersebut, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Kepri, Edi Wan menjelaskan, abrasi terjadi akibat ketidakseimbangan ekosistem laut yang terbentuk oleh hubungan timbal balik antara makhluk hidup dengan lingkungannya di laut, seperti karang, bakau, dan pasir yang merupakan faktor dominan bagi ketahanan daratan atau pulau.

Ketiga ekosistem ini saling mendukung, jika salah satunya rusak, maka akan mengancam kerusakan ekosistem lainnya.

"Keberlangsungan kehidupan karang diantaranya ditentukan oleh hewan karang. Hewan ini sangat sensitif dengan pencemaran atau limbah. Hewan yang biasa menempel pada karang ini akan pergi jika merasa tidak nyaman yang akhirnya akan mengakibatkan karang menjadi rapuh," ucapnya.

Begitupun dengan tanaman bakau di bibir pantai, ketiadaannya akan menyebabkan limbah tidak bisa terurai. Limbah merupakan ancaman berbahaya bagi kesuburan ekosistem laut, yang ditandai dengan sedikit-banyaknya jumlah ikan. (*)

Pewarta: Larno
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014