Jakarta (ANTARA News) - Sebuah pesawat terbang yang jatuh secara miseterius senantiasa menarik perhatian para teorisi konspirasi yang berkembang di tengah tiadanya informasi yang cukup untuk menjelaskan penyebab bencana seperti pada hilangnya Malaysia Airlines nomor penerbangan MH 370 Sabtu pagi buta lalu.

Situasi mirip terjadi ketika pesawat Trans World Airlines (TWA) nomor penerbangan 800 hilang dari radar 17 Juli 1996, beberapa saat setelah meninggalkan Bandara Internasional JFK, dan menewaskan 230 orang.

Tapi petugas penyelidik dan SAR kesulitan mengevakuasi korban karena TWA 800 jatuh tenggelam di Samudera Atlantik.  Kemudian, muncul beberapa spekulasi, di antaranya bahwa pesawat ini ditembak jatuh oleh misil darat-ke-udara.

Salah satu yang menyebarkan rumor ini adalah wartawan ABC News Pierre Salinger yang menyatakan kapal perang Angkatan Laut AS telah menembak TWA 800 dengan sebuah peluru kendali, berdasarkan dokumen di internet.

Bob Francis, yang waktu itu pejabat Dewan Keamanan Transportasi Nasional Amerika Serikat (NTSB) menyebut Salinger "idiot dan sangat tidak bertanggungjawab."

Setelah investigasi empat tahun, NTSB lalu menyimpulkan bahwa penyebab jatuhnya TWA 800 adalah ledakan pada tangki bahan bakar di tengah sayap pesawat yang memicu percikan pada bahan bakar pesawat yang mudah terbakar dalam tangki bahan bakar.

Tiga tahun setelah itu, EgyptAir nomor penerbangan 990 meninggalkan Bandara JFK, lalu jatuh ke Samudera Atlantik, menewaskan lebih dari 200 penumpangnya.

Di sini muncul juga teori konspirasi sebelum NTSB menyampaikan kesimpulan setelah tiga tahun penyelidikan bahwa salah seorang pilot pesawat ini, Gameel al-Batouti, berniat mendaratkan pesawat.

NTSB menyatakan lintasan turun pesawat itu tak selaras dengan klaim ada kesalahan pada mesin pesawat. Dari perekam percakapan di kokpit, NTSB menekankan sebuah kalimat yang berulang-ulang diucapkan al-Batouti, "Saya berserah diri pada Tuhan (innalilahi)," kemudian sang pilot kaget saat mendapati pesawat tiba-tiba menukik turun.

Pada kasus TWA 800, konspirasi muncul karena tiadanya saksi mata yang bisa dipercaya dan berseliwerannya rumor di internet. Pada kasus EgyptAir 900, para pejabat Mesir berupaya menolak klaim sang pilot hendak bunuh diri dengan mencari bukti lain yang lebih meyakinkan.

Pada kasus jatuhnya Pan Am Flight 103, teori konspirasi juga bermain, diantaranya dugaan bom meledak dalam pesawat di atas bumi Skotlandia pada 21 Desember 1988 sehingga menewaskan seluruh penumpangnya.

Juval Aviv, mantan pejabat kontraterorism Israel, disewa Pan Am untuk menyelidiki apa yang telah terjadi.

Lalu, dalam laporannya, Aviv mengklaim memiliki bukti bahwa CIA melakukan operasi terselubung di balik jatuhnya Pan Am 103, tetapi dia tidak menyediakan bukti yang menguatkan.

Beberapa waktu kemudian, majalah TIME melaporkan bahwa pemerintah AS menyimpulkan serangan terhadap Pan Am diperintahkan oleh pemerintah Libya.

Kasus-kasus TWA 800, EgyptAir 990 dan Pan Am 103 melukiskan rangkaian spekulasi mirip mengenai alasan di balik hilangnya MH 370: yaitu karena kesalahan mesin, faktor pilot atau terorisme.

Belajar dari kasus-kasus masa lalu itu, tulis CNN dalam lamannya cnn.com, orang mesti berhati-hati untuk tidak membiarkan teori konspirasi berseliweran. "Kebenaran akan muncul hanya setelah (adanya) investigasi yang hati-hati dan panjang," tulis CNN.com.

Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014