Di wilayah Indonesia bagian timur ditargetkan selesai akhir Juni 201"
Jakarta (ANTARA News) - PT Pertamina (Persero) tengah menyiapkan fasilitas penyaluran bahan bakar nabati atau biodiesel di 44 stasiun pengisian bahan bakar minyak di seluruh Indonesia.

Wakil Presiden Komunikasi Pertamina Ali Mundakir dalam siaran pers di Jakarta Rabu mengatakan, ke-44 fasilitas tersebut akan melengkapi 33 terminal lainnya yang sudah menyalurkan biodiesel.

"Status penyiapan terminal sebagian besar telah rampung. Di wilayah Indonesia bagian timur ditargetkan selesai akhir Juni 2014," ujarnya.

Ke-44 terminal tersebut 19 unit berlokasi di Sumatera, tujuh di Jawa, satu di Bali, satu di Kupang, delapan di Kalimantan, enam di Sulawesi, dan dua di Papua.

Sementara, 33 terminal biodiesel yang sudah ada berada di Sumatera sembilan unit, Jawa 18 unit, dua di Bali, dan empat di Kalimantan.

Ali mengatakan, sesuai dengan arahan pemerintah, Pertamina tetap menggunakan harga solar maksimal di pasar Singapura (mid oil Platts of Singapore/MOPS) dengan mekanisme di pelabuhan asal (freight on board/FOB).

Mekanisme FOB itu, lanjutnya, bertujuan mengatasi hambatan produsen yang terkendala biaya angkutan untuk memasok Indonesia bagian timur yang permintaannya rendah.

"Untuk besaran biaya transportasi, kami mensyaratkan tidak boleh lebih tinggi dari biaya angkut solar Pertamina," ujarnya.

Pertamina akan menggelar tender pengadaan komponen nabati dalam biodiesel atau fatty acid methyl ester (FAME) tahap ketiga untuk pasokan 850.000 kilo liter per tahun pada Maret hingga April 2014.

Nominasi pasokan tersebut terdiri dari 115.000 kiloliter di Sumatera, 28.000 di Nusa Tenggara, 335.000 di Kalimantan dan Sulawesi, dan 372.000 di Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.

Tender tersebut merupakan lanjutan setelah sebelumnya Pertamina memperoleh kepastian pasokan 2,4 juta kilo liter dalam dua tahap, dari total kebutuhan 5,3 juta kilo liter dalam dua tahun.

Pada 2013, Pertamina menyalurkan biosolar sebesar 27,7 juta kilo liter yang 1,1 juta di antaranya berupa FAME.

Dengan demikian, BUMN tersebut telah mengganti solar dengan FAME atau mengurangi impor solar sebesar 1,1 juta kiloliter pada 2013.

Pemanfaatan FAME itu terdiri dari 879 ribu kilo liter untuk sektor transportasi subsidi, transportasi nonsubisidi enam ribu, industri dan komersial 66 ribu, dan pembangkit listrik 130 ribu kilo liter.

Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014