Malang (ANTARA News) - Balita penderita gizi buruk di Kota Malang, Jawa Timur, beberapa tahun terakhir ini terus bertambah akibat kemiskinan maupun pola asuh yang salah.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Malang Dr Asih Tri Rachmi Nuswantari, Sabtu mengakui adanya peningkatan jumlah balita penderita gizi buruk tersebut. Pada tahun 2011 jumlah gizi buruk mencapai 91 jiwa, 2012 bertambah menjadi 136 jiwa dan 2013 sebanyak 166 jiwa.

"Banyaknya balita yang mengalami gizi buruk tersebut disebabkan oleh banyak faktor, di antaranya banyak ibu hamil yang kekurangan sel darah merah dan pola asuh yang salah," ujarnya..

Menurut Asih, biasanya, sel darah merah menurun karena asupan gizi ibu hamil yang kurang. Karena gizi ibu kurang, maka berpengaruh terhadap janin yang dikandung, bahkan ketika sudah lahir pun pola asuhnya salah.

Pola asuh balita yang salah tersebut, kata Asih, karena diasuh oleh neneknya karena orang tuanya bekerja. Padahal, sebagian besar nenek tersebut minim pengetahuan tentang asupan gizi balita.

Sebenarnya, lanjutnya, informasi tentang asupan gizi balita tersebut sudah lengkap di posyandu, namun mereka jarang, bahkan tidak pernah ke posyandu yang ada di masing-masing RW.

Selain disebabkan pola asuh yang salah dan minimnya asupan gizi ibu ketika hamil, gizi buruk tersebut juga disebabkan oleh kemiskinan. Bahkan, sekitar 45 persen penderita gizi buruk di Kota Malang disebabkan kemiskinan, 37 persen karena wawasan rendah dan selebihnya karena penyakit lain.

Kabid Bina Kesehatan Masyarakat Dinkes Kota Malang Sumarjono mengatakan untuk meminimalisasi jumlah balita gizi buruk tersebut Dinkes menganggarkan dana sebesar Rp6,4 miliar untuk pemberian makanan tambahan melalui kegiatan posyandu pada balita kekurangan gizi.

Selain itu, katanya, untuk pencegahan juga dilakukan penanggulangan bagi balita yang terindikasi positif gizi buruk dengan memberikan suplemen melalui puskesmas. Dana untuk pemberian suplemen ini sebesar Rp202 juta pada tahun 2014.

"Kami juga mulai mengkampanyekan konsumsi daun kelor, sebab daun ini mampu mencukupi kebutuhan gizi balita. Untuk tahap awal ini, kami sudah membagikan sekiatr 200 batang bibit kelor kepada warga untuk ditanam di pekarangan," ucapnya.

Selama tiga tahun terakhir ini, penderita gizi buruk sebagian besar ada di wilayah Kecamatan Blimbing, yakni sebanyak 93 jiwa pada tahun 2013 dan 62 jiwa pada tahun 2012.

Ciri-ciri fisik penderita gizi buruk di antaranya adalah berat badan di bawah normal, contohnya balita dengan tinggi 100 sentimeter, idealnya memiliki berat badan 15,4 kilogram. Ciri-ciri lainnya adalah wajah tampak tua dan lemas, rambut gampang rontok serta sering menangis ketika digendong.

(E009/M026)

Pewarta: Endang Sukarelawati
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014