Jakarta (ANTARA News) - Kedatangan bakal calon presiden (capres) ke kiai dan pondok pesantren, ibarat reality show di televisi, penuh setting-an dan semu.

Demikian diungkapkan oleh pengamat media yang juga dosen Universitas Islam Nasional (UIN) Sunan Kalijaga, Yogyakarta Iswandi Syahputra di Jakarta, Rabu.

Ia menyebutkan, kiai dan pimpinan pondok pesantren harus paham dan mengerti bahwa apa yang dilakukan bakal capres hanya setting-an belaka oleh tim sukses masing-masing.

"Jadi kunjungan tersebut mirip dengan acara realty show di televisi yang telah di-setting sedemikian rupa. Mengunjungi kiai, terus belajar kitab kuning Jam'ul Jawami' Usuludin, itukan seperti setting-an. Di-setting demikian agar citra capres secara batin dekat dengan kelompok mayoritas santri. Silaturahmi setting-an ini yang harus dipahami sebagai pencitraan," kata Iswandi.

Kedatangan bakal capres itu, kata mantan wartawan itu, tak lain meminta restu dan doa agar sukses menjadi presiden nantinya.

"Kiai jangan mudah terpesona dengan pencitraan bakal capres yang mengunjungi para kiai. Kunjungan itu bukan silaturahmi biasa, tetapi silaturahmi politik karena terkait dengan pemilihan Presiden," kata Iswandi.

Iswandi mengatakan, bila kunjungan tokoh-tokoh partai dilakukan pada waktu biasa, tidak saat momentum pilpres, akan lain persoalannya. Tapi pada saat sekarang ini, kunjungan yang dikemas dalam bentuk silaturahmi akan memiliki makna yang berbeda.

Ditambahkan, posisi para kiai dan pimpinan pondok pesantren sangat sentral dan strategis karena memiliki kharisma dan pengikut yang banyak, yang nantinya bisa digunakan untuk mendulang suara.

"Secara semiotis, Kiai itu adalah pertemuan antara simbol religius dan budaya. Karena posisi sosial itulah Kiai menjadi sangat strategis secara politik. Terutama Kiai sepuh dan berpengaruh, pasti memiliki pengikut yang banyak. Pengikut Kiai ini yang sebenarnya menjadi target komunikasi capres itu," ujar dia.

Karena itu, para kiai dan pimpinan pondok pesantren harus mempertanyakan visi dan misi bakal capres yang bertandang tersebut.

Sebab, dalam sejarah Indonesia, "Kiai juga terlibat dalam politik kemerdekaan. Kiai bisa bertanya visi dan misi capres yang mengunjunginya. Kalau capres tidak bisa memaparkan atau bahkan tidak punya visi dan misi sebagai capres, datang ke pesantren cuma ingin mencium tangan Kiai, capres begini sebaiknya jadi santri saja," kata Iswandi.

Pada tanggal 4 Mei lalu, bakal calon presiden dari PDIP Joko Widodo (Jokowi) bersilaturrahim ke Pondok Pesantren Al Anwar di Sarang, Rembang, Jawa Tengah, dan bertemu dengan pengasuhnya KH Maimun Zubair. Sebelumnya, Kiai sepuh itu juga menerima kedatangan bakal calon presiden Partai Gerindra Prabowo Subianto yang didampingi Ketua Umum PPP Suryadharma Ali.

PBNU belakangan juga ramai didatangi sejumlah bakal capres, mulai dari Prabowo Subianto, Jokowi, Mahfud MD, Pramono Edhie Wibowo, hingga Rhoma Irama.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014