New York (ANTARA News) - Misi Bantuan PBB di Irak (UN Assistance Mission in Iraq/UNAMI) melaporkan bahwa Irak sekarang bergulat menghadapi salah satu populasi pengungsi terbesar di dunia, kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric.

"Lebih dari satu jua orang telah kehilangan tempat tinggal sejak awal 2014, selain satu juta orang yang mengungsi akibat konflik sebelumnya dan lebih dari 220.000 pengungsi Suriah yang masih berada di negeri itu," kata Dujarric dalam satu taklimat harian di Markas PBB, New York, Kamis (26/6).

"Keluarga yang kehilangan tempat tinggal terus berdatangan di wilayah Kurdistan," kata Dujarric.

"UNICEF hari ini menyampaikan kekhawatiran pada pengungsi massal terakhir saat sekitar 1.500 orang, termasuk banyak anak kecil dan orang lanjut usia, tiba di Erbil kemarin," tambah dia.

Badan Pendanaan Anak PBB dan mitranya, ia melanjutkan, menyediakan bantuan untuk menyelamatkan nyawa bagi keluarga pengungsi.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (The UN Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/ OCHA) juga melaporkan peningkatan kekhawatiran mengenai jumlah orang yang sakit dan cacat, termasuk anak kecil, yang tiba di Suleimaniyah.

"Misi PBB itu menyatakan situasi di AL Qaim di dekat perbatasan Suriah masih kritis," kata Dujarric, sebagaimana dikutip kantor berita Xinhua.

"Lembaga Pengungsi PBB tersebut melaporkan lebih dari 60 keluarga telah meninggalkan kamp di kota kecil yang berada di bawah kekuasaan Negara Islam di Irak dan Levant (ISIL), menuju Suriah. Ketidakamanan dan keterbatasan akses mempengaruhi kemampuan lembaga bantuan untuk menjangkau orang di daerah tersebut."

Sebanyak 500.000 orang meninggalkan kota terbesar kedua di Irak, Mosul, sekitar dua pekan lalu, setelah kota itu jatuh ke dalam kekuasaan petempur dari Negara Islam di Suriah dan Irak (ISIS).

Pada Jumat, Komite Palang Merah Internasional di Irak menyebutkan jumlah orang yang menyelamatkan diri dari Mosul yang berpenduduk 1,6 juta mencapai 800.000 orang.

Nikolay Mledanov, Wakil Khusus PBB untuk Irak, pada Rabu (25/6) mengeluarkan seruan yang tidak biasa bagi pasukan militer, dan mengatakan gerak maju gerilyawan Sunni ke seluruh Irak Timur dan Utara harus ditangani secara militer, meskipun keberhasilannya akan sangat bergantung atas konsensus luas politik. (Uu.C003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014