Yang bahaya itu saat kotak suara diangkat dari TPS...."
Bekasi (ANTARA News) - Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan Megawati Soekarnoputri menginstruksikan seluruh kader dan simpatisannya untuk mewaspadai indikasi kecurangan Pemilu Presiden menjelang masa tenang.

"Tinggal 14 hari lagi pencoblosan dimulai. Namun buat saya tinggal empat hari lagi masa kampanye. Sisanya hanya untuk bersih-bersih menunggu minggu tenang," katanya dalam konfrensi pers di Kota Bekasi, Jumat.

Menurutnya, seluruh kader dan simpatisan di setiap daerah perlu mewaspadai segala kemungkinan munculnya kecurangan dari kubu lawan.

"Saya adalah ketua umum terlama yang pernah menjabat di Indonesia. 21 tahun saya memimpin dari sejak PDI hingga PDIP," katanya.

Dari pengamatan pihaknya dari sejumlah rangkaian agenda Pemilu Presiden di Indonesia sejak 1955 hingga 2009, ada sedikitnya empat indikasi kecurangan dalam pelaksanaan pengumpulan suara.

Indikasi tersebut di antaranya, permasalahan netralitas Komisi Pemilihan Umum (KPU) selaku penyelenggara.

"Saat Pemilu Legislatif, kenapa kotak suara ada yang terbuat dari kardus, dirobek saja bisa," katanya.

Hal berikutnya yang patut diwaspadai adalah aktivitas intelijen yang bisa saja dimanfaatkan kandidat lawan untuk kepentingan pemenangan.

"Intelijen itu harusnya bekerja untuk pemerintah dan bersikap independen. Bukan justru dimanfaatkan untuk memenangkan salah satu kandidat," katanya.

Pihaknya juga meminta pengawasan terhadap surat suara yang kerap mengalami kerusakan saat akan digunakan.

"Padahal saya sudah beri masukan ke KPU untuk mengantisipasi kerusakan kertas suara. Seperti kita buat uang. Kalau Bank Indonesia adalah KPU, dia bertanggung jawab atas seleksi uang yang dia buat. Sehingga saat didistribusikan, tidak ada yang rusak," katanya.

Adapun hal yang paling utama diperhatikan adalah prilaku politik uang yang saat ini mulai menyasar sebagian warga di wilayah pelosok.

"Saat ini sudah beberapa kali tertangkap. Ada amplop yang isinya uang asing di sejumlah pelosok. Masyarakat di sana bingung gantinya dan cara menukarnya bagaimana," katanya.

Menurutnya, kalangan saksi di Tempat Pemungutan Suara juga tergiur dengan uang.

"Saat penghitungan suara nanti, ajak saja dia (saksi) makan siang dulu agar dia meninggalkan tugasnya. Saat itulah terjadi rekayasa surat suara," katanya.

Dia mengimbau seluruh kader dan simpatisannya untuk mengawasi juga proses penditribusian kotak suara dari TPS.

"Yang bahaya itu saat kotak suara diangkat dari TPS. Itu harus diawasi," katanya. (*)

Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014