Prospek (produk) ekonomi kreatif di Indonesia sangat bagus, karena pasar dalam besar,"
Jakarta (ANTARANews) - Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Mari E Pangestu "gemes" dengan pengembangan ekonomi kreatif yang masih di bawah potensinya, sehingga pihaknya mengumpulkan para pelaku, akademisi, dan pihak terkait lainnya untuk merumuskan cetak biru (blue print) pengembangan ekonomi kreatif tersebut.

"Prospek (produk) ekonomi kreatif di Indonesia sangat bagus, karena pasar dalam besar," katanya di sela-sela buka puasa dengan sejumlah media, di Jakarta, Rabu.

Selain itu, lanjut dia, dengan peningkatan daya beli, konsumen juga berani membayar lebih mahal untuk produk kreatif. "Contohnya saja (produk) fesyen, bila dipakai selebritas, orang mau beli," ujar Mari.

 Fesyen merupakan salah satu dari 15 sektor ekonomi kreatif yang terus dikembangkan di Indonesia. Selain fesyen, ada 14 sektor ekonomi kreatif antara lain kuliner, kerajinan, dan film yang pertumbuhannya cukup tinggi, serta musik dan desain, serta seni pertunjukan.

"Secara rata-rata pertumbuhan ekonomi kreatif masih di atas di pertumbuhan ekonomi nasional," kata Mari.

Tahun lalu sektor tersebut memberi kontribusi terhadap PDB sekitar tujuh persen, yang mampu menyerap sekitar 10 persen tenaga kerja, dan menghasilkan devisa hingga 10 miliar dolar AS.

Namun hal itu, belum memuaskan mantan Menteri Perdagangan yang sudah tiga tahun memimpin
Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf). Menurut dia, pertumbuhan ekonomi kreatif bisa lebih tinggi lagi, bila mendapat dukungan dari lembaga/instansi pemerintah lainnya, di samping para pelaku usaha.

Pihaknya menginventaris tujuh isu penting yang perlu ditindaklanjuti dengan serius dan berkesinambungan agar ekonomi kreatif tumbuh pesat yaitu ketersediaan bahan baku dan orang kreatif, kemudian akses ke teknologi, pembiayaan, dan pasar, serta struktur kelembagaan dan kebijakan insentif.

Mari menilai untuk mengembangkan ekonomi kreatif, Indonesia bisa mencontoh dari Korea Selatan dan Inggris, yang dukungan pemerintahnya sangat kuat.

"Pemerintah Korea Selatan memberikan dukungan yang kuat dan berkesinambungan untuk ekonomi kreatifnya seperti film, musik, seni pertunjukan dan fesyen, sehingga bisa mendunia," ujar Mari.

Sedangkan Inggris, ekonomi kreatif dikembangkan ke seluruh sektor dengan tujuan utama membuat kehidupan manusia lebih baik, katanya.

Ia mencontohkan Inggris mengembangkan gagang pintu di rumah sakit sekaligus sebagai pembersih tangan.

Ia berharap cetak biru pengembangan ekonomi kreatif yang tengah disusun bisa menjadi bahan acuan pemerintah selanjutnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi kreatif lebih tinggi.

"Kami mengharapkan dengan cetak biru nanti, maka akan ada peraturan presiden untuk mendukung pertumbuhan ekonomi kreatif lebih tinggi," ujar Mari. (*)

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014