Sampai November pun aman. Tapi kalau tidak dilakukan langkah pembatasan bisa sebelum akhir tahun tidak cukup
New York (ANTARA News) - Menko Perekonomian Chairul Tanjung menyatakan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi masih sesuai dengan kuota yang ditetapkan hingga November.

Untuk itu, ia menekankan perlunya pemerintahan mendatang mengambil sejumlah langkah untuk menghadapi kelebihan konsumsi BBM bersubsidi.

"Sampai November pun aman. Tapi kalau tidak dilakukan langkah pembatasan bisa sebelum akhir tahun tidak cukup. Ada mekanismenya bisa konsultasi ke DPR, asumsi juga bisa berubah yang tadinya ICP 105 dolar menjadi dibawah 100 dolar, cost juga bisa berubah, jadi perkiraan itu bukan segala-galanya," kata Chairul Tanjung kepada wartawan di New York Minggu sore atau Senin pagi waktu Jakarta.

Ia mengatakan sepanjang ada langkah-langkah yang diambil untuk melakukan pembatasan atau hal lainnya, maka kelebihan konsumsi BBM dari kuota yang ada tidak perlu dikhawatirkan.

"Kalau sampai hari ini tidak ada kelebihan, masih jauh dan mencukupi," ucapnya.

Sebelumnya PT Pertamina (Persero) memperkirakan konsumsi bahan bakar minyak bersubsidi bakal berlebih 1,62 juta kiloliter dari kuota APBN Perubahan 2014 sebesar 46 juta kiloliter.

Wakil Presiden Senior Pemasaran dan Distribusi BBM Pertamina Suhartoko dalam laporannya kepada Komisi VII DPR di Jakarta, Kamis pekan lalu mengatakan, sampai 31 Agustus 2014, konsumsi BBM subsidi sudah mencapai 30,884 juta kiloliter.

"Sementara, sampai akhir 2014, konsumsi diperkirakan mencapai berlebih 1,62 juta kiloliter," katanya.

Menurut dia, dengan kondisi tersebut, Pertamina memprediksi kuota premium habis pada 24 Desember 2014 dan solar pada awal Desember 2014.

"Sesuai UU APBN, setelah kuota habis maka BBM dijual dengan harga nonsubsidi," tuturnya.

Kecuali, lanjutnya, pemerintah dan DPR baru memutuskan perubahan UU APBN yang memungkinkan penyaluran BBM subsidi melebihi kuota 46 juta kiloliter.

"Kelebihan kuota sebesar 1,6 juta kiloliter tersebut lebih tinggi dibandingkan perkiraan over kuota per 31 Juli 2014 yang 1,39 juta kiloliter," ujarnya.

Hal itu karena pengendalian konsumsi BBM subsidi dengan pengitiran tidak berjalan sesuai rencana.

Di tambah lagi, menurut dia, pengendalian BBM subsidi sesuai aturan BPH Migas juga tidak berjalan efektif.

"Akibatnya, konsumsi melebihi kuota," katanya.

Suhartoko menambahkan, kelebihan kuota 1,62 juta kiloliter terjadi pada semua jenis BBM.

Konsumsi premium bersubsidi sampai 31 Desember 2014 diperkirakan mencapai 29,811 juta kiloliter yang berarti berlebih 521 ribu kiloliter atau 1,8 persen di atas kuota 29,29 juta kiloliter.

Lalu, konsumsi solar diperkirakan 16,243 juta kiloliter yang berarti berlebih 1,078 juta kiloliter atau 7,1 persen di atas kuota 15,165 juta kiloliter dan minyak tanah akan mencapai 921 ribu atau berlebih 21 ribu atau 2,4 persen di atas kuota 900 ribu kiloliter.

Sementara, realisasi konsumsi sampai 31 Agustus 2014 terdiri atas premium 19,747 juta kiloliter, solar 10,518 juta kiloliter, dan minyak tanah 619 ribu kiloliter.

Pertamina memprediksi konsumsi premium pada September mencapai 2,494 juta kiloliter, Oktober 2,559 juta kiloliter, November 2,427 juta kiloliter, dan Desember 2014 2,585 juta kiloliter.

Untuk solar, pertamina memprediksi konsumsi pada September mencapai 1,422 juta kiloliter, Oktober 1,464 juta kiloliter, November 1,433 juta kiloliter, dan Desember 2014 1,405 juta kiloliter.

Sedangkan konsumsi minyak tanah pada September-Desember 2014 diprediksi sama 75.540 kiloliter per bulan.

Suhartoko mengatakan, kelebihan BBM jenis premium dan solar dikarenakan pertumbuhan kendaraan.

Sementara, untuk minyak tanah disebabkan realisasi konversi tidak sesuai target akibat pencacahan masyarakat berhak mendapat elpiji subsidi yang dilakukan Kementerian ESDM juga meleset.

Pewarta: Panca Hari Prabowo
Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014