Bojonegoro (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, menyatakan kesulitan air bersih yang dialami warga di daerahnya semakin meluas, dengan jumlah daerah yang mengalami kesulitan air bersih sebanyak 46 desa di 16 kecamatan.

"Kesulitan air bersih semakin meluas, sebab di daerah kami selama kemarau ini belum pernah turun hujan," kata Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Bojonegoro Sukirno di Bojonegoro, Senin.

Ia menjelaskan, penanganan kesulitan air bersih yang dialami warga di daerahnya dilakukan dengan melibatkan Mobil Cepu Limited (MCL), dan Disnakertransos, khusus untuk pasokan air bersih yang sudah dijadwalkan sesuai permohonan permintaan air dari desa.

"BPBD dalam memasok air bersih sifatnya darurat bagi warga yang mendesak membutuhkan air bersih. Kami mengerahkan enam truk tangki air," jelasnya.

Sesuai data di BPBD setempat, jumlah air yang sudah didistribusikan kepada warga di 45 desa yang tersebar di 16 kecamatan, antara lain, di Kecamatan Kedungadem, Sugihwaras, Temayang dan kecamatan lainnya, sebanyak 201 tangki (per tangki 5.000 liter).

"Pemasokan air bersih dilakukan sejak 1 September lalu," ucapnya.

Sesuai prakiraan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), katanya, kemarau di daerahnya kemungkinan akan berlangsung sampai akhir Oktober.

"Hujan kemungkinan baru turun akhir Oktober, karena pengaruh El Nino," tandasnya.

Sementara itu, seorang pengemudi truk pengangkut air di Bojonegoro Sabari, menjelaskan di daerah yang kesulitan air bersih, antara lain, di sejumlah desa di Kedungadem dan Temayang, banyak pedagang yang menjual air dengan harga Rp1.000/dua jerigen atau 60 liter

"Warga yang tidak mendapatkan pasokan air bersih atau kesulitan mencari air bersih ke desa tetangganya ya banyak yang terpaksa membeli air kepada pedagang air keliling," jelasnya.

Pewarta: Slamet Agus Sudarmojo
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2014