Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Pajak Kementerian Keuangan mencatat penerimaan pajak hingga 26 September 2014 mencapai Rp683 triliun atau masih jauh dari target dalam APBN-Perubahan sebesar Rp1.072,3 triliun.

"Pencapaian itu sedikit lebih tinggi dari tahun lalu, pertumbuhannya juga," kata Direktur Jenderal Pajak Fuad Rahmany di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan kenaikan penerimaan pajak tersebut terlihat dari peningkatan optimalisasi dari Pajak Penghasilan (PPh) Non Migas antara lain PPh pasal 25 Badan, PPh Final dan PPh pasal 21.

Namun, penurunan pajak terlihat dari kecilnya penerimaan Pajak Penjualan Barang Mewah (PPnBM), yang terjadi karena tingginya pajak yang dikenakan pada konsumen serta adanya LCGC (low cost and green car).

"LCGC tidak ada PPnBM-nya. Sehingga orang beralih membeli dari yang tadinya mobil mewah menjadi mobil murah. Tapi tidak apa-apa, dari sisi ekonominya bagus, karena masyarakat bisa beli mobil murah," kata Fuad.

Untuk mencapai target penerimaan pajak pada 2015 yang dalam APBN ditetapkan sebesar Rp1.201,2 triliun, Fuad mengatakan Ditjen Pajak akan melakukan berbagai upaya ekstra agar pencapaian penerimaan bisa mendekati realisasi tahun ini.

"Kita upayanya berusaha untuk mencapai target, terutama di pajak orang pribadi, karena realisasinya belum memuaskan. Kita juga kerjasama dengan Pemda dan institusi hukum lainnya untuk mencari potensi dari sektor pertambangan," katanya.

Selain itu, Ditjen Pajak tahun 2015 akan berupaya mendorong penerimaan dari sektor potensial lainnya seperti sektor properti maupun transaksi online, yang selama ini belum memberikan kontribusi maksimal dalam menyumbang pendapatan negara.  (*)

Pewarta: Satyagraha
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014