Mohon maaf Pak Firly mengganggu, sepatu yang tadi pagi dipakai, itu masih bagus, tinggal disol saja di pasar rumput, masih bisa dipakai
Jakarta (ANTARA News) - Mantan Wakil Presiden Boediono pernah menolak sepatu baru yang diberikan ajudannya untuk mengganti sepatu pribadi miliknya yang kondisinya sudah jebol. Salah seorang ajudan Boediono saat menjabat sebagai wakil presiden menceritakan kisah yang dianggapnya mendalam tersebut.

"Waktu pertama kali baru dilantik sebagai wapres, saya menemani beliau jogging di belakang Hotel Borobudur. Kemudian ada suara aneh, klepek...klepek...klepek... Saya kira ada apa, ternyata begitu saya lihat, alas sepatu olahraga Beliau itu sudah lepas," kata salah satu ajudan Wakil Presiden, Kombes. Pol. Firly, kepada Antara News di kediaman pribadi Boediono di Jakarta, Senin.

Kemudian, lanjut Firly, ia mempersiapkan sepatu baru untuk Boediono agar bisa dipakai, tapi Boediono tidak langsung menerimanya.

"Saat itu sudah enam putaran. Saya bilang, Pak mohon izin, sepatu baru sudah kami siapkan, apa Bapak berkenan untuk mengganti sepatu? Lalu, Beliau bilang, 'tidak perlu Pak Firly, satu putaran lagi baru diganti'," kata Firly menceritakan.

Menurut Firly, Boediono benar mengganti sepatunya yang sudah jebol tersebut dengan sepatu yang disiapkan, kemudian Firly membawa sepatu Boediono tersebut, memotretnya dan berencana membelikan sepatu serupa melalui sekretaris wakil presiden.

Namun, setelah kembali ke rumah, Firly mendapat telepon dari Boediono yang mengatakan, bahwa sepatunya yang jebol masih bisa dipakai, hanya perlu disol di Pasar Rumput.

"Mohon maaf Pak Firly mengganggu, sepatu yang tadi pagi dipakai, itu masih bagus, tinggal disol saja di pasar rumput, masih bisa dipakai. Akhirnya sampai sekarang sepatu itu masih dipakai. Bahkan alasnya sudah tidak simetris, sudah miring," ujar Firly.

Menurut Firly, kisah tersebut mencerminkan kesederhanaan dan kesantunan Boediono dalam kesehariannya, sehingga Firly merasa selalu dihargai sebagai seorang ajudan.

Tidak hanya itu, Firly menambahkan bahwa saat memberikan tugas, Boediono tidak pernah menggunakan kalimat suruhan atau kasar, ia justru menggunakaan kata "maaf" atau "bisakah bapak" untuk meminta bantuan.

"Dia itu santun. Sebenernya, sebagai wapres dia bisa memerintah apa saja, tapi dia tidak pernah menugaskan dengan nada menyuruh. Kalimat memerintah itu nggak pernah ada. Yang ada Beliau selalu bilang 'mohon maaf, lalu 'apakah bisa'," katanya.

"Misalnya ketika malam hari beliau banyak pekerjaan dan tidak bisa tidur, beliau menelpon ke telepon khusus ajudan wapres dengan mengatakan, mohon maaf mengganggu, apa Pak Firly bisa ke atas (ruangan wapres). Itulah kesantunan Beliau," kata Firly.

Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014