Jakarta (ANTARA News) - Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo mengaku pertama kali dia masuk ke lingkaran politik di pusat adalah di Kementerian Dalam Negeri yang saat itu dipimpin oleh Soepardjo Rustam.

"Saya pertama kali masuk politik di Jakarta ya di Kantor Kemendagri. Kebetulan bapak angkat saya adalah Alm. Soepardjo Rustam, waktu beliau menjadi Gubernur Jawa Tengah saya menjabat Ketua KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Jawa Tengah, dan waktu beliau Mendagri saya ikut (ke Jakarta)," kata Tjahjo di Gedung Kemendagri Jakarta, Senin.

Tjahjo mengenang awal perkenalannya dengan Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan adalah Soepardjo, hingga akhirnya dia berkarir di partai tersebut hingga saat ini.

Kedekatan Tjahjo dengan Soepardjo Rustam bermula karena ayah kandungnya adalah anggota "Wehrkreise" yang dikomandani oleh Soepardjo.

Soepardjo Rustam adalah Mendagri ke-18 di bawah kepemimpinan Presiden Soeharto. Sebelum menjadi Mendagri, Soepardjo juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jawa Tengah.

"Ayah saya adalah anak buah Pak Soepardjo, ayah saya dulu anggota Wehrkreise. Jadi saya anak tunggal, setelah sekian puluh tahun baru punya adik dan di sini (Jakarta) ya ikutnya Pak Soepardjo," kenangnya.

Senin siang, Tjahjo dilantik Presiden Joko Widodo sebagai Mendagri berdasarkan Surat Keputusan Presiden nomor 121 P 2014.

Sebelum menjabat sebagai Mendagri, pria kelahiran Surakarta 1 Desember 1957 tersebut tercatat sebagai Sekjen Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan sejak 2010 hingga 2015.

Tjahjo juga pernah terpilih sebagai Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) sebanyak enam periode. Periode 1987-1992 dan 1992-1997, dia menjadi Anggota DPR Utusan dari Partai Golkar.

Kemudian sejak 1999 hingga kini, Tjahjo tercatat sebagai Anggota DPR RI yang diusung PDI Perjuangan.

Tjahjo memulai karir politiknya sejak menempuh pendidikan tinggi di Fakultas Hukum Universitas Diponegoro, kemudian dia pernah menduduki kursi Ketua Umum Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) periode 1990-1993.  (*)

Pewarta: Fransiska Ninditya
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014