PBB, New York (ANTARA News) - Kurangnya akses ke daerah yang dilanda konflik di Libya tetap menjadi tantangan utama bagi organisasi kemanusiaan nasional dan internasional dan menghambat pengiriman bantuan penting untuk masyarakat yang jadi korban.

Juru Bicara PBB Stephane Dujarric, yang mengutip Kantor PBB bagi Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), mengatakan dalam satu taklimat di Markas PBB, New York, badan PBB --yang bekerjasama dengan mitra setempat-- telah mampu mengirim makanan buat sebanyak 65.000 orang.

PBB juga mengirim barang kebutuhan dasar rumah tangga buat ratusan keluarga yang mengungsi dan pendatang yang rentan.

"Semua badan PBB sedang bersiap untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan dalam beberapa pekan ke depan. Namun, seruan kemanusiaan buat Libya sangat memerlukan dana," katanya.

Pada penghujung September dan awal Oktober saja, pertempuran yang meningkat antar-kelompok yang bersenjara dan bertikai di Libya telah memaksa hampir 290.000 orang meninggalkan tempat tinggal mereka di seluruh negara Afrika Utara tersebut.

Di antara mereka terdapat 100.000 orang, yang sangat memerlukan makanan, perawatan kesehatan dan tempat berlindung yang memadai, terutama saat ini musim dingin mulai mendekat, kata Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) pada awal Oktober.

"Makin banyak orang yang kehilangan tempat tinggal melucuti kemampuan masyarakat setempat," kata Juru Bicara UNHCR Adrian Edwards, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu malam. Ia menambahkan lembaga PBB tersebut dan mitranya menanggapi sebagian kebutuhan tersebut, tapi "kami menghadapi halangan besar dalam masalah akses".

Dalam beberapa pekan belakangan, negara Afrika Utara itu telah dirongrong pertempuran paling sengit sejak aksi perlawanan 2011, yang menggulingkan pemimpin Libya Muammar Gaddafi. Parlemen Libya bersidang untuk pertama kali pada awal Agustus tahun ini, tindakan yang disambut baik oleh PBB sebagai tindakan ke arah perdamaian.

Namun, pertempuran yang berlarut antara berbagai kelompok bersenjata yang saling bertikai terus merenggut korban jiwa di pihak sipil.

Menurut UNHCR, kebanyakan orang yang mengungsi berasal dari Warshefana di pinggiran Tripoli, tempat pertempuran dalam beberapa pekan belakangan telah mengakibatkan 100.000 orang menyelamatkan diri. Selain itu, sebanyak 15.000 orang diperkirakan meninggalkan rumah mereka di sekitar Benghazi.

Berbagai upaya untuk mencapai orang yang kehilangan tempat tinggal seringkali terhambat oleh akses terbatas ke kota kecil yang terpengaruh oleh pertempuran antara kelompok bersenjata yang bertikai. UNHCR dan mitranya mengirim rombongan bantuan pertama buat 12.000 orang yang meninggalkan rumah mereka di Libya Barat pada Agustus.

Namun bantuan tambahan sangat diperlukan, dan untuk itu, akses lebih baik diperlukan, katanya.

Misi Pendukung PBB di Libya (UNMIL) telah menyerukan gencatan senjata segera dan akses untuk melakukan pembagian bantuan. Sementara itu, PBB telah mengeluarkan seruan kemanusiaan buat Libya guna meminta dana tambahan untuk terus membantu ratusan ribu orang.
(Uu.C003)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014