Rabat (ANTARA News) - Setidaknya 17 orang tewas dan 18 lainnya hilang setelah hujan lebat dan banjir melanda Maroko selatan selama akhir pekan, menghancurkan rumah-rumah, kendaraan dan jalan, kata pihak berwenang Senin.

Banjir, yang cukup sering terjadi di sebagian besar daerah gurun gersang tahun ini, di masa lalu dipicu oleh protes kekerasan masyarakat setempat yang marah dengan apa yang mereka lihat sebagai terlambat atau tanggapan resmi yang tidak efektif.

Saluran televisi negara 2M menunjukkan penduduk setempat mengekspresikan kemarahan setelah rumah mereka terendam banjir dekat kota Errachidia. Penutupan berkepanjangan banyak jalan nasional memicu aksi protes marah, kata media.

Raja Maroko Mohamed telah memberikan perintah kepada otoritas untuk mengambil "semua langkah-langkah darurat yang diperlukan untuk membantu dan mendukung para korban banjir", kata pernyataan istana.

"Kami telah kehilangan segalanya, segalanya. Sekarang keluarga kita akan tidur dalam keadaan kedinginan," kata seorang wanita di wilayah Errachidia, di mana sekitar 60 rumah hancur.

"Program-program mereka (pihak berwenang) sebelumnya untuk mengembalikan 'rumah (penuh) lumpur' kami tidak menyelamatkan kita, rumah kita tersapu," katanya kepada saluran 2M.

Tentara mengerahkan helikopter untuk mengevakuasi puluhan orang, termasuk beberapa orang asing, di beberapa daerah yang terancam oleh naiknya air sungai, kata kantor berita resmi MAP melaporkan.

Dikatakan 13 dari mereka yang tewas serta mayoritas dari mereka yang hilang berada di wilayah Guelmim, satu kota padang pasir.

Situs-situs berita lokal menunjukkan banjir menyapu mobil dan jalan-jalan di beberapa daerah, termasuk Guelmim dan Marrakesh.

Mereka mengatakan jumlah korban tewas telah mencapai 20 orang dan bisa bertambah, demikian Reuters melaporkan.

(SYS/H-AK)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014