Jakarta (ANTARA News) - Badan Pusat Statistik (BPS) DKI Jakarta mencatat inflasi Jakarta pada November 2014 sebesar 1,43 persen karena terjadinya kenaikan harga pada kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan.

"Kami mencatat inflasi Jakarta selama November 2014 sebesar 1,43 persen disebabkan naiknya harga-harga pada kelompok transportasi, komunikasi, dan jasa keuangan," kata Kepala Bidang Statistik Distribusi BPS DKI, Dody Rudyanto, di Jakarta, Senin.

Ia menjelaskan, enam kelompok pengeluaran yang mengalami kenaikan indeks, yakni kelompok transportasi, komunikasi dan jasa keuangan 3,42 persen, kelompok bahan makanan 1,69 persen serta kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau 1,3 persen.

Selanjutnya adalah kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar 0,7 persen, kelompok kesehatan 0,16 persen serta kelompok pendidikan rekreasi dan olahraga 0,01 persen. (Baca juga: Harga cabai dan bensin pemicu inflasi November)

Komoditas yang memberikan sumbangan inflasi cukup besar adalah bensin sebesar 0,3958 persen, cabai merah sebesar 0,2 persen, angkutan dalam kota sebesar 0,193 persen, tarif listrik 0,07 persen biaya administrasi transfer uang 0,06 persen.

Dilanjutkan angkutan antarkota sebesar 0,04 persen, administrasi ATM sebesar 0,04 persen, mobil 0,03 persen, cabai rawit 0,03 persen, beras 0,018 persen serta nasi dan lauk 0,015 persen. Satu-satunya bahan makanan yang tidak mengalami inflasi adalah kacang-kacangan.

Menurutnya, pada November 2014 sejumlah 82 kota yang diteliti mengalami inflasi dan DKI menempati urutan ke-40 dari seluruh kota tersebut.

Inflasi tertinggi dialami kota Padang sebesar 3,44 persen, sedangkan inflasi terendah terjadi pada Manokwari sebesar 0,07 persen.

Sementara itu, laju inflasi nasional pada November 2014 mencapai 1,5 persen, terutama akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).
(SDP-69)



Pewarta: Dyah Dwi Astuti
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014