Cabai selalu dibutuhkan oleh semua masyarakat, bahkan harganya mencapai Rp100.000 lebih
Bengkulu (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) perwakilan Provinsi Bengkulu mengungkapkan komoditas pertanian cabai menjadi penyebab utama lonjakan angka inflasi bulan November.

"Pada umumnya di berbagai wilayah di Indonesia terjadi kekeringan, termasuk di Provinsi Bengkulu, hujan baru turun pada pertengahan Oktober," kata Manager sekaligus analis BI Perwakilan Provinsi Bengkulu, Sarwoto, di Bengkulu, Kamis.

Ia mengatakan kekeringan yang terjadi membuat sejumlah sentra hortikultura di daerah itu mengalami gagal panen, sehingga berdampak pada ketersediaan bahan pangan untuk triwulan III 2014.

"Terutama cabai. Cabai selalu dibutuhkan oleh semua masyarakat, bahkan harganya mencapai Rp100.000 lebih, hal ini sangat mempengaruhi laju inflasi di Bengkulu," kata dia.

Sementara, penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) yang baru saja ditetapkan pemerintah dengan harga baru, menyumbang sedikit inflasi di Bengkulu.

"Tetapi pengaruhnya terhadap inflasi dalam bentuk tidak langsung, BBM lebih mendorong peningkatan ekspektasi inflasi masyarakat, dan berdampak pada kenaikan komoditas," katanya.

Dari analisa pihaknya, pemerintah daerah diharapkan melakukan penguatan sektor pangan, apalagi kata Sarwoto, provinsi tersebut sudah memasuki musim hujan.

Sementara itu, Kepala BPS Provinsi Bengkulu, Dodi Herlando, mengatakan angka inflasi sangat mempengaruhi harga bahan makanan di daerah itu, bahkan jauh lebih besar dibandingkan daerah lain.

"Kalau di daerah lain inflasi hanya mempengaruhi sekitar lima persen kenaikan terhadap bahan makanan, kalau di Bengkulu bahkan mencapai 20 persen," kata dia.

Pada bulan November 2014, Provinsi Bengkulu tercatat mengalami inflasi tertinggi ke enam dari 82 kota se-Indonesia yakni pada angka 7,97 persen tahun-ke-tahun (yoy).

"Pada Oktober, Bengkulu tercatat mengalami inflasi sebesar 5,83 persen. Inflasi pada November dipengaruhi oleh empat kelompok pengeluaran, dan yang terbesar yakni kelompok makanan, tercatat 12,01 persen yoy," ujarnya.

(KR-BLW)


Pewarta: Boyke LW
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2014