Konsekuensinya terjadi perlambatan angka serapan tenaga kerja baik pada sektor formal maupun nonformal,
Surabaya (ANTARA News) - Provinsi Jawa Timur diyakini masih mengalami perlambatan ekonomi hingga akhir tahun 2014 karena pemulihan ekonomi global yang masih terbatas dan penuh ketidakpastian, kata Direktur Eksekutif Bank Indonesia (BI), Dwi Pranoto.

Secara umum ekonomi domestik tumbuh melambat pada tahun 2014 di mana hal tersebut terjadi sejak tahun 2013.

Penyebabnya, penurunan kinerja ekspor akibat masih lemahnya permintaan negara global dan merosotnya harga komoditas ekspor Sumber Daya Alam (SDA).

"Dampaknya, terjadi perlambatan ekonomi di kawasan yang berbasis ekspor produk ekstraktif seperti di Sumatera dan Kalimantan," kata Dwi, ditemui pada Bankers Dinner BI Wilayah IV Jatim, di Kantor Perwakilan BI Wilayah IV, Surabaya, Jumat malam.

Menurut dia, meski mengalami perlambatan ekonomi tetapi Jatim diperkirakan masih mampu tumbuh di kisaran enam persen pada tahun 2014. Hal itu ditopang oleh masih kuatnya konsumsi masyarakat dan investasi.

"Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan ekonomi nasional yang berada di kisaran 5,1 - 5,5 persen," ujarnya.

Perlambatan ekonomi, jelas dia, juga disebabkan oleh tertahannya kinerja ekspor Jatim yang masih didominasi produk berbasis SDA dan industri berteknologi rendah.

Di sisi lain, tingginya kandungan impor turut menggerus neraca perdagangan dan berpengaruh pada pelemahan nilai tukar rupiah.

"Efisiensi sektor industri terus berlanjut dengan mentransformasi proses produksi menjadi semi otomasi. Konsekuensinya terjadi perlambatan angka serapan tenaga kerja baik pada sektor formal maupun nonformal," katanya.

Dengan perlambatan ekonomi, tambah dia, pertumbuhan kredit perbankan di Jatim ikut melambat. Kondisi itu tercermin dari melambatnya penyaluran kredit perbankan pada Oktober 2014 sebesar 16 persen.

"Tingkat kredit bermasalah (NPL) masih terjaga rendah 2,15 persen," katanya.

Di sisi lain, sebut dia, pencapaian tingkat penyaluran kredit produktif masih tinggi dan terlihat dari Loan to Deposit Ratio (LDR) berdasarkan lokasi proyek sebesar 102,68 persen dan lokasi bank 88,72 persen.

"Sementara, realisasi kredit perbankan pada Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) terjaga dengan tingkat penyaluran kredit pada level 13,34 persen. Pencapaian NPL sektor UMKM sebesar 4,33 persen," katanya.

Secara sektoral, lanjut dia, penyaluran kredit UMKM di Jatim paling besar dialokasikan pada sektor perdagangan besar dan eceran 55,12 persen sedangkan di sektor industri pengolahan 12,87 persen.

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2014