Sydney (ANTARA News) - Polisi Australia menyatakan para perunding telah melakukan komunikasi dengan orang bersenjata yang menyandera beberapa orang di sebuah kafe di Martin Place, Sydney, Australia, Senin.

Namun, Kepolisian Australia tetap menolak untuk berspekulasi tentang kemungkinan motivasi penyandera.

Cuplikan rekaman televisi sebelumnya menunjukkan ada tiga sandera yang lari dari bangunan itu.

Deputi Komisaris Kepolisian New South Wales, Catherine Burn, menolak untuk mengatakan berapa banyak sandera yang masih ditahan di kafe itu namun ia menyebut "tidak sampai 30 orang".

Seperti dilansir kantor berita Reuters, Burn mengatakan kepada wartawan tidak ada indikasi sandera yang masih tertahan di dalam kafe telah mengalami penganiayaan.

Sejauh ini sudah ada lima sandera yang berhasil keluar dari kafe itu, awalnya tiga orang sandera lalu disusul dua orang sandera lainnya.

Polisi New South Wales telah mengepung kafe yang terletak di kawasan pusat bisnis Sydney tersebut dan mengevakuasi orang-orang di bangunan yang ada di sekitarnya. Namun kegiatan bisnis masih berlangsung.

Aksi penyanderaan oleh seorang pria bersenjata di Cafe Lindt di kawasan Martin Place, Sydney, Australia berlangsung sejak pukul 09.00 waktu setempat.

Menurut seorang juru bicara Cafe Lindt Australia, Styeve Loane, setidaknya ada sekitar 10 staf yang bekerja di kafe tersebut dan mungkin ada 30 pelanggan di sana.

Dalam aksinya, penyandera memaksa sandera untuk menempelkan diri mereka ke setiap jendela yang ada di bangunan kafe tersebut sebagai tameng manusia.

Di salah satu jendela juga terlihat seorang sandera membentangkan bendera hitam dengan tulisan Arab yang memicu spekulasi bahwa penyandera berkaitan dengan kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), namun dugaan ini masih belum terbukti.

Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan motif penyanderaan tersebut masih belum jelas apakah bermotif politik atau tidak.

"Kami belum tahu apakah ini bermotif politik, meskipun ada beberapa indikasi bahwa ada kemungkinan kesana," kata Abbott kepada wartawan di Canberra.

Sejauh ini belum ada informasi ada warga negara Indonesia yang menjadi korban penyanderaan menurut Konsul Penerangan Sosial dan Budaya Konsulat Jenderal Republik Indonesia di Sydney, Nicolas Manoppo.

Martin Place adalah kawasan pusat bisnis dan perbankan paling sibuk di Sydney. Sekitar 30 hingga 40 meter dari kafe itu terdapat studio jaringan televisi Channel 7. Terdapat pula kantor-kantor pemerintah, dan kini polisi telah menutup jalur lalu lintas di sekitar lokasi penyanderaan. (Uu.Y012)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014