Sydney (ANTARA News) - Palestina telah membuat kejutan ketika untuk pertama kalinya lolos ke putaran final Piala Asia di Australia bulan ini, namun tim "ksatria" tersebut juga harus mengatasi berbagai masalah yang bisa mengganggu kiprah pertama mereka di kejuaraan sepak bola antarbangsa Asia 2015 ini.

Dimulai dari mundurnya pelatih asal Yordania yang selama ini menangani mereka, Jamal Mahmoud, karena alasan pribadi sejak September lalu.

Di lini depan, penyerang andalan Imad Khalili dipastikan absen, demikian juga pemain kelahiran Chile Matias Jadue yang belum juga mendapat konfirmasi dari FIFA soal penggantian kewarganegaraan.

Jadue, yang ayahnya orang Palestina, pernah empat kali memperkuat tim junior Chile tahun 2009. Ia harus dicoret setelah berakhirnya batas waktu pendaftaran, sementara konfirmasi dari FIFA belum juga turun.

Palestina juga terganggu oleh pembatalan pertandingan persahabatan melawan Iran, sementara di dalam negeri kantor persatuan sepak bola mereka di Tepi Barat November lalu memicu kemarahan dan berdampak pada persiapan tim.

Masalah-masalah tersebut membuat persiapan tim Palestina tidak maksimal, apalagi mereka harus mengawali Piala Asia melawan juara bertahan Jepang pada 12 Januari.

Di Grup D, Palestina juga mendapat tantangan dari juara 2007 Irak dan Jordania.

"Menurut saya sulit bagi Palestina," kata mantan pelatih Mahmoud, yang kini digantikan oleh mantan asistennya, Ahmade Al Hassan.

"Namun ada kemungkinan tim Palestina bisa berkiprah lebih jauh karena mereka punya pemain bagus dan juga ada mantan asisten saya yang kini menjadi pelatih kepala. Mereka akan meraih hasil bagus di Piala Asia," katanya.

Mahmoud tidak mengungkapkan keputusannya mengundurkan diri menjelang turnamen besar tersebut. Namun ia hanya menyebut karena "situasi khusus".

"Anda tahu di Palestina di bawah blokade, kehidupan sangat sulit, dan semua olahraga di Palestina punya masalah," katanya seperti dilansir AFP.

(Uu.T004/A016)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015