Amman (ANTARA News) - Para warga Muslim berpawai di kota-kota di kawasan Timur Tengah untuk menentang penerbitan kartun Nabi Muhammad oleh majalah Prancis Charlie Hebdo, sementara Qatar memperingatkan bahwa gambar itu akan "membakar kebencian".

Pawai terbesar berlangsung di Jordania, sebanyak 2.500 pengunjuk rasa turun ke jalan di ibu kota negara, Amman, di tengah pengamanan ketat sementara demonstrasi juga berlangsung di Jerusalem timur dan Khartoum.

Kerumunan pawai, termasuk para anggota Ikhwanul Muslim dan kelompok-kelompok pemuda, mulai berjalan dari masjid Al-Husseini di Amman pusat dengan memegang spanduk-spanduk bertuliskan "menghina nabi adalah terorisme global".

Majalah baru Charlie Hebdo, yang diterbitkan pada Rabu, pada sampul depannya memuat sebuah kartun Nabi Muhammad sedang memegang tanda "Je Suis Charlie (Saya Charlie)" di bawah judul "Semuanya dimaafkan".

Terbitan itu merupakan edisi pertama majalah satire tersebut sejak para pria Islamis bersenjata membunuh 12 orang dalam serangan di kantornya di Paris pada 7 Januari.

Gambar itu telah membuat marah banyak warga Muslim karena Islam melarang Nabi Muhammad dimunculkan dalam bentuk gambar.

Qatar mengecam apa yang disebutnya sebagai kartun "yang menyinggung perasaan". Kartun itu juga diterbitkan lagi oleh sejumlah koran Eropa untuk menunjukkan solidaritas terhadap para korban dalam serangan pekan lalu.

"Aksi-aksi tercela ini tidak menarik siapapun dan hanya akan mengobarkan kebencian dan kemarahan," demikian diperingatkan kementerian luar negeri Qatar. Kementerian menggambarkan aksi-aksi seperti itu sebagai "pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan serta prinsip hidup berdampingan, toleransi, keadilan serta penghormatan di antara masyarakat."

Partai oposisi Jordania, Front Aksi Islamis, yang merupakan sayap politik cabang lokal Ikhwanul Muslim, menyebut penerbitan kartun itu sebagai "serangan terhadap kaum Muslim di seluruh dunia".

King Abdullah II, yang pada pekan lalu bergabung dengan para pemimpin dunia saat pawai solidaritas antiteror di Paris, pada Kamis mengatakan bahwa terbitan terbaru Charlie Hebdo "tidak bertanggung jawab dan sembrono", demikian AFP.

(T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015