Jakarta (ANTARA News) - Kebijakan pemerintah agar produsen rokok membuat kemasan dengan gambar peringatan kesehatan yang menyeramkan, menurut aktivis pengendalian tembakau, dianggap tidak banyak berpengaruh pada perokok.

"Tidak efektif, itu hanya ecek-ecek," kata Ketua Umum Komisi Nasional Pengendalian Tembakau Prijo Sidipratomo di Jakarta, Jumat. Hal senada diutarakan Fuad Baradja, pesinetron "Jin dan Jun" yang juga aktivis penanggulangan masalah merokok.

"Banyak yang hanya memindahkan rokok itu ke kemasan lain," kata Fuad yang baru meluncurkan buku bertema bahaya merokok berjudul "Two Thumbs Up!"

Meskipun demikian, dia berpendapat adanya kemasan bergambar menyeramkan itu dapat membantu mencegah munculnya perokok pemula yang takut dengan gambar tersebut. Fuad mengaku prihatin dengan fenomena merokok yang dilakukan oleh anak-anak kecil di Indonesia.

"Data dari Dinas Kesehatan Kalimantan Selatan pada 2010 menyebut ada 18.000 anak usia 5-9 tahun yang menjadi perokok," ungkap dia yang memperkirakan ada ratusan ribu perokok di bawah usia 9 tahun di Indonesia. Dia mengatakan media, misalnya film, punya peran penting dalam memberi pengaruh penonton khususnya generasi muda.

Dia pun menyayangkan bila ada adegan merokok dalam layar lebar yang dikhawatirkan dapat ditiru penonton yang masih belia. Fuad mengingatkan kepada para penulis agar berhati-hati dalam berkarya, mengingat semakin banyak film adaptasi dari novel, agar tidak membuat "celah" yang memungkinkan adanya visualisasi adegan merokok.

"Semua penulis bertanggung jawab sama tulisannya, jangan tulis adegan merokok, jika memang ada nanti jika akan ditayangkan harus bikin perjanjian hitam di atas putih agar tidak perlu digambarkan," kata dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015