Tripoli (ANTARA News) - Pria-pria bersenjata, yang menyatakan diri sebagai anggota kelompok Negara Islam (ISIS), telah menguasai sebuah stasiun radio pemerintah di kota pantai Sirte di Libya, kata para warga setempat, Jumat.

Laman-laman pejihad juga menaruh foto-foto yang menunjukkan para pria bersenjata sedang duduk di depan mikrofon di sebuah studio penyiaran dan mengacungkan senapan serang Kalashnikov, lapor AFP.

"Mereka menduduki Radio Sirte kemarin (Kamis). Sejak itu, mereka sudah mengudarakan (ayat-ayat dari) Al Quran serta pidato-pidato (pemimpin ISIS Abu Bakr) al-Baghdadi," kata seorang warga kota tersebut kepada AFP melalui telepon.

Warga tersebut mengatakan pidato-pidato oleh juru bicara ISIS, Abu Mohammed al-Adnani, juga disiarkan di radio.

Seorang mantan pejabat pemerintah daerah mengatakan pria-pria bersenjata juga telah membangun sebuah markas di pusat kota. Mantan pejabat tersebut menyuarakan kekhawatirannya bahwa kelompok bersenjata itu bisa menyatakan keemiratan Islam di Sirte.

"Mereka bisa mengambil keuntungan dari ketiadaan pihak berwenang pemerintah pusat untuk mengalihkan kota menjadi keemiratan Islam seperti yang mereka lakukan di Derna."

Derna adalah kota di bagian timur yang dikuasai oleh kelompok-kelompok pejihad, termasuk ISIS.

Pria yang enggan disebutkan namanya itu mengatakan para pria bersenjata tersebut tampaknya menduduki stasiun radio "sebagai langkah pertama untuk berkomunikasi dengan penduduk".

"Situasi di Sirte sangat pelik," ujarnya, karena banyak kelompok-kelompok radikal yang memiliki tumpuan di sana.

Sejak munculnya pemberontakan pada 2011 yang menggulingkan serta membunuh pemimpin Libya Moammar Kadhafi, Sirte --yang merupakan kota tempat mantan sosok kuat Libya itu berasal-- telah menjadi benteng kelompok-kelompok garis keras.

Sirte adalah benteng Ansar al-Sharia, kelompok Islamis yang dimasukkan ke daftar hitam oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa dan Amerika Serikat.

Milisi-milisi kuat, dengan mendukung pemerintah dan parlemen yang bersaing, selama ini bertarung untuk menguasai kota-kota utama serta kekayaan minyak negara itu sejak pemberontakan berlangsung.

Di tengah kekacuan itu, ISIS muncul di Libya dan menyatakan bertanggung jawab atas terjadinya serangkaian serangan maut.

Serangan terbaru menimpa sebuah hotel mewah di Tripoli pada 27 Januari hingga menewaskan sembilan orang, lima di antaranya warga negara asing.

(Uu.T008)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015