Tidak peduli apa pun alasannya, terorisme tidak dapat dimaafkan. Kami mengecam keras kejadian ini
Tokyo (ANTARA News) - Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe pada Kamis mengatakan tiga warga Jepang terbunuh saat orang bersenjata menyerbu museum nasional Tunisia.

Ia juga menjelaskan bahwa pernyataan sebelumnya yang menyebut lima korban adalah "keliru".

"Sampai saat ini, kami mengetahui ada tiga orang Jepang yang meninggal dan tiga lainnya terluka," kata Abe kepada wartawan, seperti dilaporkan AFP.

Abe menambahkan bahwa Tokyo masih mengumpulkan informasi mengenai kejadian tersebut.

Kepala sekretaris kabinet Yoshihide Suga membantah pernyataan Perdana Menteri Tunisia Habib Essid yang mengatakan bahwa terdapat lima warga Jepang yang meninggal dalam serangan itu.

"Sampai saat ini terdapat laporan bahwa ada lima orang Jepang yang meninggal, namun itu salah," kata juru bicara tertinggi dalam pemerintahan Jepang itu kepada wartawan .

Di antara korban luka adalah Noriko Yuki (35) yang sedang mengunjungi museum bersama ibunya.

"Saya meringkuk dengan kedua tangan melindungi kepala, tapi saya tertembak di telinga, tangan dan leher," katanya sambil berada di atas pembaringan rumah sakit, kepada televisi NHK Jepang.

"Ibu saya yang berada di sebelah tertembak lehernya. Ia tidak bisa bergerak sampai polisi tiba..."

Dalam rekaman itu Yuki tidak menjelaskan secara tepat apa yang terjadi terhadap ibundanya yang berusia 68 tahun, kecuali menjelaskan bahwa ibunya dibawa ke rumah sakit lain untuk dioperasi.

Serangan pada Rabu itu meningkatkan kekhawatiran dan kepanikan di gedung parlemen yang terletak di sebelah museum nasional Bardo, daya tarik pariwisata yang sudah menyumbangkan banyak bagi perekonomian Tunisia.

Berita mengenai korban dalam serangan tersebut masih simpang-siur di masing-masing negara korban, sementara pihak Tunisia mengatakan, korban berasal dari Italia, Kolombia, Australia, Prancis, Polandia dan Spanyol.

Ini untuk kedua kalinya orang Jepang mengalami kekerasan di Timur Tengah setelah dua warga Jepang yang lain dihukum mati oleh kelompok garis keras pada Januari lalu.
(Uu.M007)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015