Damaskus (ANTARA News) - Wakil Menteri Luar Negeri Suriah Faisal Mekdad  mengecam rencana AS untuk melatih gerilyawan Suriah. Ia menuduh Washington mendukung terorisme dan menambah rumit situasi politik di Suriah, kata kantor berita resmi Suriah, SANA.

"Amerika Serikat akan mulai melatih apa yang disebutnya pemberontak moderat Suriah dengan dalih memerangi teroris Daesh dan Front An-Nusra," kata Mekdad, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Minggu.

Ia menggunakan singkatan dalam Bahasa Arab untuk kelompok Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS).

"Amerika Serikat membohongi rakyatnya dan dunia", katanya.

Ia menambahkan,  "Dengan melatih gerilyawan, Amerika Serikat akan mendukung terorisme serta menambah rumit kondisi dan penyelesaian politik di Suriah. Ini juga melindungi Israel".

Mekdad menyerukan Amerika Serikat agar "menjauhkan diri dan tidak campur tangan dalam urusan kedaulatan negara melalui kekuatan", kata SANA --dengan mengutip pernyataan Mekdad dari harian Lebanon, Al-Bina.

Hampir sembilan bulan setelah Kongres AS pertama kali menahan dana untuk melatih gerilyawan Suriah, para pejabat Washington mengatakan Amerika Serikat telah mulai menawarkan pelatihan buat gerilyawan moderat di Suriah guna memernagi ISIS.

Pelatihan sebanyak 90 gerilyawan yang sudah dipilih dimulai di Jordania, katanya, dan pelatihan lain diperkirakan diselenggarakan di Turki serta Arab Saudi.

Pada Kamis Menteri Pertahanan AS Ashton Carter mengatakan personel militer AS telah mulai memberi pelatihan perang buat petempur guna memerangi kelompok fanatik Negara Islam (IS) --yang juga dikenal dengan nama ISIS.

Carter, yang menyebut program pelatihan tersebut sebagai "bagian penting dan rumit" dalam aksi anti-IS, mengatakan bagian awal dari pelatihan itu melibatkan hampir 90 petempur Suriah, dan kelompok kedua akan memulai pelatihan dalam beberapa pekan mendatang.

"Mereka akan dilatih dan diberi perlengkapan untuk memerangi ISIL (Negara Islam Irak dan Levant), nama lain IS atau ISIS," kata Carter.

Kelompok IS dan Front An-Nusra --yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida-- telah menguasai lebih dari 90 persen kamp pengungsi Palestina Yarmouk, kata beberapa laporan pada awal April.

Kamp Yarmouk direbut oleh Front An-Nusra dan kelompok IS setelah empat hari pertempuran sengit dengan kelompok mujahidin saingan mereka --Aknaf Beit Al-Maqdes, yang telah menguasai kamp itu sejak 2013.

Kelompok Aknaf Beit Al-Maqdes telah mundur ke bagian timur-laut Kamp Yarmouk, kata beberapa laporan --yang menambahkan IS memenggal dua orang di Yarmouk. Laporan tersebut tidak memberi penjelasan mengenai penyebab pembunuhan kejam itu.

Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015