... dengan pusat perhatian pada kesepakatan baru iklim global yang dijadwalkan dicapai di Paris pada akhir tahun ini...
Berlin (ANTARA News) - Perunding dari hampir 200 negara melanjutkan pembicaraan iklim berdasarkan kerangka kerja PBB di Bonn, Jerman, Senin (1/6), dengan pusat perhatian pada kesepakatan baru iklim global yang dijadwalkan dicapai di Paris pada akhir tahun ini.

Pertemuan 11 hari itu untuk menyelaraskan rancangan teks mengenai kesepakatan baru dengan tebal 90 halaman, memperkecil jurang pemisah mengenai berbagai masalah mulai dari alokasi tanggung jawab pengurangan buangan karbon sampai kepada dukungan keuangan dan teknologi buat negara berkembang.

Menteri Luar Negeri Prancis, Laurent Fabius, yang dijadwalkan memimpin konferensi iklim PBB di Paris dari 30 November sampai 11 Desember, mengatakan kepada para perunding dalam pembukaan pertemuan Bonn, Prancis akan berusaha mencapai "pra-kesepakatan" paling cepat pada awal Oktober. 

Ia juga berencana menyelenggarakan pertemuan tingkat menteri mengenai iklim di Paris pada 20-21 Juli dan 7 September untuk menambah perbendaharaan.

Pertemuan Bonn adalah satu dari tiga sisa babak perundingan resmi di bawah Konvensi Kerangka Kerja PBB mengenai Perubahan Iklim (UNFCC) sebelum konferensi Paris.

Dua pertemuan lain dijadwalkan diadakan di kota yang sama di Jerman Barat itu pada Agustus dan Oktober.

Meskipun waktunya mendesak untuk mencapai kesepakatan, negara maju dan berkembang masih berbeda pendapat mengenai banyak masalah.

Negara maju cenderung menggambarkan kesepakatan baru tersebut sebagai kesepakatan pengurangan emisi, tapi negara berkembang berkeras kesepakatan yang akan dicapai di Paris mesti menyeluruh, mencerminkan anasir lain seperti penyesuaian, keuangan, alih teknologi, transparansi tindakan dan dukungan, dan kemampuan pembangunan dengan cara yang seimbang.

Di antara negara maju yang telah menyampaikan "sumbangan yang dimaksud dan ditetapkan secara nasional" (INDC), semua tindakan yang akan mereka lakukan berdasarkan kesepakatan baru tersebut, tak satu pun menyebut-nyebut kewajiban mereka untuk menyediakan dukungan keuangan dan teknologi buat negara berkembang.

"Penting bahwa tahun ini kami juga memperoleh kemajuan mendasar mengenai keuangan iklim," kata Jorge Voto Bernales, Wakil Khusus bagi Perubahan Iklim dari Peru, di dalam satu taklimat.

"Untuk memberi bukti bagi negara berkembang, penting untuk meningkatkan transparansi dari sumber daya masa lalu dan masa depan, penjelasan mengenai jalur yang akan dicapai jumlah yang diperkirakan dan menjadi komitmen paling lambat sampai 2020 serta petunjuk mengenai pengerahan lebih lanjut dukungan keuangan jangka panjang," ia menambahkan.

Dalam konferensi iklim Copenhagen pada 2009, negara maju membuat komitmen untuk meningkatkan dukungan keuangan mereka buat negara berkembang sampai 100 miliar dolar AS per tahun pada 2020 untuk menangani perubahan iklim. Namun peta jalan yang jelas untuk mencapai komitmen itu belum tersedia sampai sekarang. (Uu.C003)

Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015