Singapura (ANTARA News) - Awaluddin Nur gagal membawa pulang medali emas untuk kontingen Indonesia dari pertandingan pencak silat nomor 45-50 kg putra setelah kalah 0-5 dari pesilat Vietnam Diep Ngoc Vu Minh pada final SEA Games 2015 di Hall 2 Singapura Expo, Minggu.

"Saya terpancing gerakannya akibat kurang sabar untuk melakukan serangan. Beberapa kali kena guntingan karena pancingannya," kata Awaluddin seusai bertanding.

Awaluddin, yang lebih pendek dari lawannya, mendominasi pertandingan dan memimpin perolehan angka hingga pertengahan ronde kedua. Beberapa teknik jatuhan yang dia lakukan membuat lawannya mencium matras beberapa kali.

Namun penampilan tenang dan terukurnya pada ronde pertama berubah perlahan karena dia terpancing pergerakan Diep Ngoc Vu Minh yang memanfaatkan tungkai panjangnya untuk melakukan teknik guntingan.

"Saya sudah merupaya menghindari guntingannya, namun ia begitu cepat dan jangkauannya bagus. Saya akui teknik guntingannya sangat baik," kata Awaluddin.

Dalam pertandingan final partai pertama itu, Awaluddin yang berada di sudut merah beberapa kali sempat dirugikan oleh penilaian wasit tiga yang salah dalam menjumlahkan poin, terutama pada detik-detik kritis.

Namun para pendukung tim Indonesia yang berada di tribun tengah berteriak mengingatkan juri. Sementara Awaluddin mengaku fokus bertanding dan tidak mempedulikan poin.

"Saya fokus pada permainan, tidak tahu poin berapa. Dalam posisi mengejar harus terus menyerang," kata pesilat kelahiran 11 Oktober 1988 itu.

Dia dua kali melakukan jatuhan namun harus kehilangan poin karena terkena dua guntingan atlet Vietnam.

Pertarungan ketat di kelas ringan itu berlangsung cukup ketat dan pesilat asal perguruan Tapak Suci Sulawesi Selatan itu dagunya berdarah.

"Luka enggak berpengaruh pada pertandingan ini, hanya kenapa kok bisa terpancing," katanya.

Tim pencak silat Indonesia hingga Minggu pukul 11.10 waktu Singapura baru mengumpulkan dua medali emas, dua medali perak dan lima medali perunggu.


Pewarta: Syarif Abdullah
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015